Sahabat.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) optimistis angka prevalensi stunting atau kekerdilan yang dialami anak-anak usia bawah lima tahun (balita) secara nasional mengalami penurunan menjadi 14 persen pada 2024.
"Kami optimistis angka prevalensi stunting bisa turun mencapai 14 persen di tahun 2024," kata Direktur Kesehatan Reproduksi BKKBN Marianus Mau Kuru saat Sosialisasi Percepatan Penurunan Stunting bagi Calon Pengantin dan Pasangan Baru Provinsi Banten di Lebak, Banten, Senin.
Hal itu, kata dia, karena adanya kerja sama antar lembaga negara dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), maupun swasta dan pihak terkait lainnya untuk mengintervensi stunting ari pusat hingga ke desa-desa.
BKKBN menargetkan pada akhir tahun 2023 prevalensi stunting bisa menembus 17,8 persen. Hari ini, kata dia, angkanya di 21,6 dan dipastikan secara nasional bisa tercapai 14 persen tahun 2024.
Ia mengatakan kasus stunting di Indonesia yang masih tinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Barat (Sulbar). Karena itu mengapresiasi penanganan stunting di Provinsi Banten. "Hanya masih tinggi di dua daerah yakni Kabupaten Pandeglang dan Lebak," katanya.
Menurut Marianus, kegiatan sosialisasi penurunan stunting itu tentu dilakukan dari hulu mulai remaja, calon pengantin, hingga kehamilan dan kesehatan bayi. Karena itu, calon pengantin harus dipersiapkan bagaimana membangun rumah tangga agar melahirkan generasi unggul dan tidak melahirkan anak stunting.
Para calon pengantin, lanjutnya, sebelum menikah wajib tercatat dalam aplikasi Eksimil, sehingga dalam membangun rumah tangga dapat pembinaan dan edukasi, seperti mengkonsumsi makanan bergizi, pemeriksaan kesehatan rutin, dan jarak kelahiran anak minimal 3-4 tahun.
"Kami berharap para calon pengantin dan pasangan usia subur yang siap membangun rumah tangga nantinya, tidak melahirkan anak stunting untuk mempersiapkan generasi emas tahun 2045," katanya.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Banten Rusman Effendi mengatakan saat ini angka prevalensi di Banten terjadi penurunan dari 25,6 persen pada 2021 menjadi 20 pada 2023.
"Kami optimistis angka prevalensi 14 persen tahun 2024 bisa terealisasi dengan penanganan dilakukan dari hulu," ucapnya.
Sementara itu, pasangan calon pengantin Opa dan Arif, warga Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengatakan kemungkinan mengelar pernikahan Desember 2023 dan masuk aplikasi Eksimil sehingga mendapatkan pembinaan dan edukasi bagaimana untuk rumah tangga yang sakinah dan tidak melahirkan anak stunting.
"Kami sudah dilakukan pembinaan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) untuk persiapan pernikahan, juga dari pemerintah daerah," katanya.(Ant)
0 Komentar
KPAI Dapati 1,14 Juta Anak Masih Jadi Pekerja Anak
Kasad Panen Raya Jagung dan Singkong di Lahan Ketahanan Pangan Kostrad Ciemas Sukabumi
Siap Galau Bareng Lyodra hingga Afgan di Pesona Nusantara NTV
Tokoh Adat Ungkap Kedekatan PLN dengan Masyarakat di Sekitar Kawasan Pengembangan PLTP Ulumbu
PLN UIP Nusra Kembangkan Berbagai Sektor Potensial di Sekitar Kawasan Pengembangan PLTP Ulumbu
Polda Metro Jaya Tangkap Kekasih Artis Tamara Tyasmara
Tanggul wulan Jebol, Jalur Pantura-kudus Terputus
Wakapolri Tegaskan Tidak Ada Instruksi Video Testimoni Rektor
AMIN Gelar Kampanye Akbar di JIS, Ini Tiga Lokasi Parkir Kendaraan
Leave a comment