BRIN Gali Potensi Biota Laut untuk Bahan Baku Farmasi

07 November 2023 11:26
Penulis: Alber Laia, news
Kepala Pusat Riset Rekayasa Genetika BRIN Ratih Asmana Ningrum (kedua kiri) bersama Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya Hermansyah (kedua kanan) memperlihatkan dokumen kerja sama riset menggali potensi biota laut untuk bahan baku farmasi di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno BRIN, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (6/11). (ANTARA/HO-BRIN)

Sahabat.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggali potensi yang tersimpan dalam biota laut untuk menjadi bahan baku farmasi yang sangat dibutuhkan oleh dunia medis modern.

Aktivitas penelitian yang dilakukan berupa pengembangan produk bioprospeksi laut dari ekosistem terumbu tarang pada kawasan perairan Pulau Enggano di Provinsi Bengkulu, dan inovasi Tachypleus Amebocyte Lysate (TAL) dari Rekombinan Factor C (rFC) hewan belangkas di Sumatera Selatan.
 
"Kegiatan riset itu dimulai dari ekstraksi data digital flora-fauna dan lingkungan perairan kelautan," kata Kepala Pusat Riset Rekayasa Genetika BRIN Ratih Asmana Ningrum dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
 
BRIN menjalin kerja sama dengan Universitas Sriwijaya dalam upaya meningkatkan kolaborasi riset dalam pengembangan produk marine bioprospecting tersebut.
 
Ratih mengungkapkan bahwa perairan Pulau Enggano sebagai pulau kecil terluar di Samudra Hindia memiliki potensi bioprospeksi laut yang sangat besar dan dapat mendorong berkembangnya industri berbasis produk hasil laut.
 
Kerja sama riset itu meliputi eksplorasi, pengungkapan potensi, dan pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan.

 
"Dengan ditemukannya beberapa jenis flora dan fauna laut di Sumatera yang memiliki kualitas dan nilai ekonomis sebagai bahan baku di bidang farmasi kesehatan dan obat, namun tetap mempertahankan kelestarian lingkungan,” ujar Ratih.
 
Hewan belangkas atau populer disebut juga kepiting tapal kuda banyak ditemukan di Sumatera Selatan. Inovasi TAL meliputi identifikasi belangkas secara morfometrik dan teknologi DNA barcoding, serta produksi protein faktor C secara in vitro.
 
Darah belangkas mengandung komponen protein faktor C yang berfungsi sebagai biosensor yang dapat mendeteksi keberadaan endotoksin atau lipopolisakarida dari bakteri gram negatif.
 
Selain itu, darah belangkas sering digunakan untuk mendeteksi kontaminasi oleh endotoksin dalam vaksin, obat suntik, dan peralatan medis.
 
Kegiatan pengambilan darat belangkas untuk keperluan medis dapat membuat hewan laut langka itu mati. BRIN dan Universitas Sriwijaya akan melakukan rekayasa genetika untuk mensintesis faktor C agar kelestarian belangkas tetap terjaga.(Ant)

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment