Sahabat.com - Dinas Kesehatan Kota Semarang telah memetakan kekurangan dokter di rumah sakit (RS) yang ada melalui stratifikasi sebagai langkah awal untuk memenuhi kebutuhan dokter secara proporsional di Kota Atlas.
"Tahun 2022, kami sudah menyiapkan apa yang menjadi arahan Pak Menkes (Menteri Kesehatan) mengenai transformasi kesehatan," kata Kepala Dinkes Kota Semarang dr Abdul Hakam di Semarang, Rabu.
Salah satu langkah, Dinkes telah memetakan ketersediaan dan persebaran dokter spesialis di RS-RS dengan stratifikasi layanan, mulai paripurna, utama, madya, dasar. Bahkan, hingga yang tidak terklasifikasi.
"Dari sisi RS, bisa kita lihat 32 RS yang ada di Kota Semarang. Wilayah Tugu, Semarang Barat, Ngaliyan, Mijen, Genuk, Semarang Timur, Pedurungan, Tembalang itu cakupan RS-nya banyak," katanya.
Ia mencontohkan layanan kardiovaskuler, di wilayah Tugu dan Semarang Barat masih madya sehingga diupayakan untuk naik setidaknya ke kelas utama. Bahkan, kalau bisa sampai ke paripurna.
Kemudian, kata dia, di Kecamatan Ngaliyan ternyata belum ada layanan kardiovaskuler, sementara layanan ibu dan anak, serta PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif) juga masih madya.
Dari stratifikasi itu, kata dia, kebutuhan dokter juga bisa langsung terlihat. Layanan-layanan yang masih terpantau masih madya atau di bawahnya, berarti masih membutuhkan dokter, kecuali sudah paripurna.
"Seperti di Semarang Selatan, RSUP dr Kariadi, layanan kardiovaskuler, layanan ibu dan anak, PONEK-nya sudah paripurna. Berarti sudah enggak butuh dokter spesialis jantung, dokter anak, dan obgyn," katanya.
Mengenai jumlah kekurangan dokter, Hakam menjelaskan bahwa jumlahnya bergantung dengan setiap RS dan layanan kesehatan yang disediakan, seperti kardiovaskuler, layanan ibu anak, PONEK, hingga stroke.
"Tahapannya begini. Setelah petakan, kami sampaikan ke RS, Anda harus paripurna di layanan ini. Apa yang dibutuhkan, berarti nambah SDM sama memperbaiki sarana prasarana," katanya.
Diakui Hakam, kebutuhan dokter kian terpetakan seiring majunya ilmu kedokteran, sebab dulu ketika ada orang terkena stroke cukup ditangani dokter spesialis syaraf, sedangkan sekarang sub-sub ilmu syaraf berkembang.
"Ini PR (pekerjaan rumah) kami di 2023. Sebagai regulator di bidang kesehatan tentunya kami ingin menaikkan stratifikasi RS di Kota Semarang. Kardiovaskuler, paling enggak ada yang paripurna, layanan stroke ada yang paripurna. Ini yang belum ada," ujarnya.(Ant)
0 Komentar
Keraton Kasepuhan Cirebon Gelar Tradisi "Dlugdag" Tanda Awal Ramadhan
PLN UID Sumut Gandeng Komunitas Bank Sampah Kumpulkan Sampah
KLHK dan Pemprov Kepri Susun Rencana Kerja Folu Net Sink 2030
Pemprov Jatim Upayakan Reaktivasi Jalur Kereta di Madura
Peneliti Temukan 35 Gua di Gunung Batu Benau Kaltara-Kaltim
Leave a comment