GKI Serukan Moderasi Beragama Demi Wujudkan Perdamaian di Papua

07 Februari 2023 04:36
Penulis: Alber Laia, news
Sekretaris Klasis GKI Wondama Pendeta Leo Rumansara memimpin perayaan syukur HUT ke-168 Pekabaran Injil di Tanah Papua di GKI Jemaat Syalom Wasior, Minggu (5/2/2023). (ANTARA/HO-Zack Tonu B)

Sahabat.com - Sinode Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua menyerukan perlunya menumbuhkan moderasi beragama demi mewujudkan perdamaian, keadilan dan kesejahteraan masyarakat di Bumi Cenderawasih.

"Orang moderat adalah orang yang bersikap wajar, biasa-biasa saja dan tidak ekstrem. Yang dituntut oleh moderasi beragama saat ini adalah mengedepankan sikap saling menghormati, menjaga dan bertoleransi tanpa harus menimbulkan konflik karena adanya perbedaan," kata Ketua Sinode GKI di Tanah Papua Pendeta Andrikus Mofu yang dihubungi dari Wasior, Selasa.

Menurut Pendeta Mofu, dorongan untuk melakukan moderasi beragama itu sejalan dengan tema HUT ke-168 Pekabaran Injil di Tanah Papua yang dirayakan pada 5 Februari 2023 yaitu "Kasih Kristus Menggerakkan Kemandirian Gereja, Mewujudkan Keadilan, Perdamaian dan Kesejahteraan".

Dalam konteks itu, Sinode GKI di Tanah Papua mengajak jemaat untuk terus mengimplementasikan moderasi secara kristiani yakni mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia.

Sementara itu Sekretaris Klasis GKI Wondama Pendeta Leo Rumansara menyebut masuknya Injil ke Tanah Papua yang dibawa oleh para misionaris zaman dahulu telah membuka tabir kehidupan baru bagi orang asli Papua.

Orang asli Papua sebelumnya hidup dalam alam kegelapan yang penuh dengan kejahatan dan kuasa iblis berupa saling membunuh, perang suku, berhala, dan tidak menerima orang lain dari luar komunitasnya.

Namun berkat kuasa Injil, katanya, orang asli Papua akhirnya beralih menjadi ‘anak-anak terang’ yakni suatu peradaban baru yang berlandaskan cinta kasih dan kedamaian, juga terbuka.

Terang Injil pula yang diyakini membuat Papua terus berkembang maju dalam segala bidang sebagaimana yang dinikmati sekarang ini.

"Karena itu kita sebagai buah dari pemberitaan Injil itu harus hidup bisa menjauhkan segala sesuatu yang bertentangan dengan Injil itu sendiri. Kita harus hidup sebagai anak-anak terang dengan mengamalkan Firman Tuhan itu dalam kehidupan hari lepas hari," pesan Rumansara.

Seperti diketahui, Injil pertama kali diberitakan bagi orang asli Papua di Pulau Mansinam, Manokwari pada 5 Februari 1855 oleh dua misionaris asal Jerman yakni Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob Geissler.(Ant)

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment