Kalimantan Utara Percepat Konservasi Kolaboratif Bakau dan Gambut

21 Juli 2023 08:35
Penulis: Alber Laia, news
Pemprov Kalimantan Utara melalui Gubernur Zainal A Paliwang (tiga kanan) memperlihatkan berita acara kesepakatan bersama atau memorandum of understanding dengan salah satu perusahaan yang bergerak pada sektor tata kelola restorasi dan konservasi, Jumat (21/7/2023) di Tanjung Selor. (ANTARA/Muh. Arfan)

Sahabat.com  - Pemprov Kalimantan Utara berkomitmen melaksanakan percepatan konservasi secara kolaboratif dan restorasi ekosistem bakau (mangrove) dan lahan gambut untuk melaksanakan mitigasi perubahan iklim.
 
“Supaya penurunan emisi gas rumah kaca dalam rangka memerangi perubahan iklim dan pemanasan global dapat kita capai,” kata Gubernur Kalimantan Utara Zainal A Paliwang di Tanjung Selor, Jumat.
 
Sebelumnya, Gubernur Zainal A Paliwang menandatangani kesepakatan bersama atau memorandum of understanding dengan salah satu perusahaan yang bergerak pada sektor tata kelola restorasi dan konservasi.
 
Kerja sama ini menitikberatkan pada dua hal yaitu konservasi serta restorasi dalam rangka perdagangan karbon sekaligus mitigasi perubahan iklim; dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat lokal dan masyarakat adat.
 
Kerja sama tersebut tidak mengambil lahan dan atau memerlukan dokumen perizinan pemerintah, melainkan pada upaya peningkatan tata kelola lahan yang sudah ada serta peningkatan upaya restorasi bakau dan gambut.
 
Dari rencana kerja FOLU Net SINK Sub Nasional Provinsi Kaltara, luas kawasan mangrove daerah ini mencapai 262.318,75 hektare sedangkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 129/MENLHK/Sekjen/PKTL.0/2/2017, luas kesatuan hidrologis gambat di Kaltara mencapai 347.541 hektare.
 
Indonesia's FOLU Net Sink adalah sebuah kondisi yang ingin dicapai dimana tingkat serapan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya pada 2030 akan seimbang atau bahkan lebih tinggi dari tingkat emisi yang dilepas.
 
Gubernur mengatakan potensi mangrove dan gambut itu menjadi keuntungan besar bagi Kaltara dan Indonesia. Tidak hanya memberi pengaruh pada penurunan emisi gas rumah kaca tetapi juga peluang bagi Kaltara pada bidang perdagangan karbon atau carbon trade.
 
Kerja sama dilakukan untuk memperkuat tata kelola restorasi dan konservasi kolaboratif mangrove dan gambut. Juga meningkatkan alternatif berkelanjutan proyek mata pencaharian untuk masyarakat lokal, katanya.
 
Selain itu, untuk memulihkan, merehabilitasi kawasan mangrove dan ekosistem lahan gambut serta memperkuat pemantauan, pelaporan, dan verifikasi, serta pengelolaan pengetahuan, ujarnya.(Ant)

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment