Pemkot Makassar dan "Save The Children" Atasi Sampah Elektronik

17 Februari 2023 10:10
Penulis: Habieb Febriansyah, news
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto saat bertemu dengan pihak Save the Children Indonesia dan Save the Children Swedia membicarakan terkait limbah elektronik di Makassar, Jumat (17/02/2023). ANTARA Foto/HO-Humas Pemkot Makassar

Sahabat.com - Pemerintah Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan menyatakan kesiapannya untuk mengatasi sampah elektronik melalui kolaborasi bersama "save the children" dalam penanganan e-waste atau sampah elektronik.
  
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto bahkan mengiyakan bahwa pihaknya siap menjadi yang pertama dalam penanganan e-waste sekaligus berupaya membentuk ekosistem e-waste yang bagus, sama halnya sampah plastik.

"Saya mau kita jadi yang pertama di Indonesia; 'The first city in Indonesian'. Buat semacam Sandbox, lalu trial and erorr, baru kita sempurnakan bersama-sama," kata Danny pada pertemuan bersama Tim Save The Children Indonesia dan Save The Children Swedia di Makassar, Jumat.

Dia juga mengarahkan agar Save The Children dapat membuat serupa Sandbox yang berfungsi sebagai serangkaian uji coba sebelum aksi itu dirilis ke publik.

Selain itu, ia menyebutkan timnya siap bersama Save The Children untuk sosialisasi ke sekolah-sekolah, komunitas, kelompok masyarakat hingga pemerintahan.

"Intinya jelaskan saja dulu apa itu e-waste, bagaimana cara menghandelnya, hubungannya dengan bahaya bagi kesehatan. Juga apa saja yang menjadi sampah di komponen motor, hp, komputer, kipas angin, televisi dan sebagainya. Agar masyarakat paham. Selanjutnya, baru yang lebih besar yaitu membentuk ekosistemnya," sebutnya.

Termasuk perihal regulasinya, lebih jauh dapat bermanfaat dalam sirkulasi ekonomi jika dikelola-didaur ulang dengan baik. "Beri kami input agar kebijakannya akan sesuai," ucapnya.

Wali Kota juga menyinggung bahwa pihaknya sampai saat ini terus menjalankan program Bank Sampah. Nantinya, ketika sudah matang konsepnya maka dapat menjadi seperti ekosistem bank sampah.

Senior Manager Growth Hub Save the Children Swedia Asa Mourn mengatakan pihaknya sangat senang dengan respons baik dari wali kota.

Asa menilai isu mengenai e-waste sangat besar, tidak hanya di Swedia tetapi juga di Indonesia, dan permasalahannya juga kompleks.

Apalagi dalam penelitiannya, ia dan tim juga menemukan anak-anak menjadi bagian dari aktivitas berbahaya dalam e-waste itu. Mereka menangani sampah elektronik tanpa penanganan khusus.

Asa mengatakan Makassar menjadi kota yang dipilihnya karena melihat kepedulian pemerintah yang luar biasa terhadap persampahan.

"Kami memilih Makassar sebagai pilot project untuk penanganan e-waste ini. Apalagi sebelumnya kita punya relasi yang bagus dengan pemerintahan, juga NGO di Makassar. Olehnya, sangat memungkinkan menjadikan Makassar yang pertama dalam penanganan sampah elektronik," kata dia menguraikan.

Menanggapi respons wali kota yang bakal menjadikan Makassar sebagai kota pertama dalam ekosistem mengatasi e-waste, ia terkejut dan senang.

"Luar biasa, kami senang. Itu sangat penting karena sampah elektronik sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat tetapi setiap orang juga bisa membuat solusi terhadap sampah jenis ini," ungkapnya.

Menurutnya, jika pemerintah, perusahaan, masyarakat bekerjasama dalam mengatasi sampah elektronik maka itu membuka peluang bagus, dan segera dapat disosialisasikan lalu diterapkan di masyarakat.

Timnya saat ini terus dalam pengembangan ide. Konsepnya ialah membangun kolaborasi dengan berbagai pihak terutama dengan pemerintah.

Sebelumnya, telah digelar workshop sehari tentang e-waste yang dihadiri oleh OPD terkait. Mereka menilai, ini merupakan momen tepat apalagi sejauh ini belum banyak yang melakukan pengelolaan sampah elektronik, ini beda dengan plastik.(Ant)

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment