Peneliti Identifikasi 11 Keragaman Ekologi di Batu Benau Kaltara

25 Maret 2023 06:07
Penulis: Habieb Febriansyah, news
Karst Gunung Batu Benau sebagian besar terletak di Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara, sementara sisanya berada di wilayah Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. (ANTARA/HO-YAYASAN KONSERVASI ALAM NUSANTARA)

Sahabat.com - Hasil penelitian Kelompok Studi Karst Geografi Universitas Gadjah Mada mengidentifikasi 11 titik keragaman geologi yang potensial untuk dijadikan warisan geologi (geoheritage) Gunung Batu Benau di Bulungan, Kalimantan Utara.

“Taman Bumi atau geopark Gunung Batu Benau dari Provinsi Kalimantan Utara akan menjadi destinasi baru untuk pariwisata, edukasi, dan konservasi alam. Menjadikannya status taman bumi, adalah mimpi kami untuk Batu-Benau,” ujar Kepala Biro Perekonomian Kalimantan Utara Rohadi di Tanjung Selor, Sabtu.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara berupaya melestarikan dan memanfaatkan keunikan geologi, budaya, dan hayati di dan sekitar Gunung Batu Benau sebagai sebuah taman bumi atau geopark.

Gunung Batu Benau merupakan gugusan bentuk lahan (landform) karst yang membentang dari utara ke selatan sepanjang kurang lebih 15 km dengan lebar rata-rata 4 kilometer (km) dan luas 36 km persegi.

Sebagian besar kawasan karst Gunung Batu Benau terletak di wilayah administratif Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara, sementara sisanya berada di wilayah Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.

Pada 17 Maret 2023, dilakukan Kelompok Diskusi Terpumpun dan Kunjungan Lapangan “Menggali Potensi Warisan Bumi Kabupaten Bulungan untuk Pengembangan Geopark Gunung Batu Benau”. Peserta yang hadir mewakili organisasi perangkat daerah terkait pengusulan Taman Bumi Gunung Batu Benau.

Setelah diskusi, peserta mengunjungi dan tinggal semalam bersama masyarakat adat Punan Batu yang mendiami kawasan karst Gunung Batu Benau.

“Kami berharap para pihak yang turut serta dapat melihat langsung lokasi-lokasi potensi geosite untuk pengembangan geopark di Bulungan,” ujar Rohadi.

Menjadikan satu situs sebagai taman bumi adalah langkah tepat untuk menyelaraskan tujuan dan misi, baik ekologi dan ekonomi. Bukti tersebut terlihat pada Taman Bumi Gunung Sewu yang terbentang di tiga provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta.

“Terjadi peningkatan kunjungan wisatawan dan tentunya pendapatan daerah setelah penetapan status taman bumi,” kata Anggota Dewan Pakar Komite Nasional Geopark Indonesia Budi Martono yang juga hadir sebagai pembicara dalam lokakarya.

Peluang dan potensi dari Gunung Sewu tersebut bukan tidak mungkin bisa dinikmati pula oleh Gunung Batu Benau. Hasil penelitian Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) menunjukkan sejumlah potensi.

“Setidaknya sudah terdapat adalah potensi geologi dengan temuan 35 macam gua, yang di dalamnya terdapat gua besar dengan aliran sungai bawah tanah yang panjang, bentukan gua yang bervariasi dari bentuk lorong panjang dan bentuk vertikal/sumur,” ujar Ketua Kelompok Studi Karst UGM Profesor Eko Haryono dalam kesempatan yang sama.

Profesor Eko juga menambahkan adalah potensi keragaman budaya, yaitu komunitas Adat Punan Batu yang berdasarkan hasil penelitian lembaga Eijkman mempunyai keunikan genetika dan budayanya. Mereka menjadikan gua sebagai liang hunian, masih menerapkan pola hidup berburu dan meramu yang sangat bergantung dengan keberadaan hutannya. Terakhir adalah potensi keragaman hayati.

“Hingga saat ini belum ada kajian yang komprehensif tentang keragaman hayati dan budaya dalam konteks pengembangan taman bumi,” kata Manajer Senior YKAN untuk Pemerintahan Provinsi Niel Makinuddin dalam kesempatan terpisah.

Pengembangan geopark menuntut adanya keterkaitan antara warisan geologi, budaya, dan biologi yang ketiganya disebut sebagai warisan bumi.

Keberadaan masyarakat Suku Punan Batu dan tutupan hutannya yang masih bagus merupakan indikasi potensi warisan bumi.

Sebagai provinsi termuda di Pulau Kalimantan, Kalimantan Utara berharap bisa mewujudkan slogan “Benuanta”, yakni semboyan provinsi yang bermakna wilayah kita harus dibangun dan dipertahankan untuk kesejahteraan masyarakat.

Manajer Pendidikan Geopark Maros-Pangkep Ilham Alimudin mengatakan dukungannya atas pengajuan Gunung Batu Benau sebagai taman bumi.

“Kami ingin memberi pesan, bahwa Batu Benau tidak sendiri dalam proses ini,” ujarnya yang hadir sebagai salah satu pembicara.

Pria yang juga mengampu sebagai dosen teknik geologi Universitas Hasanuddin mengatakan bahwa taman bumi adalah tempat untuk pendidikan dan juga pemberdayaan masyarakat.

Koordinator Strategis Pengembangan Geopark Nasional, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Togu Pardede mengatakan bahwa kekayaan Gunung Batu Benau sudah lengkap.

“Geopark itu harus mengandung diversifikasi, jangan melulu geologi, tetapi juga ada budaya,“ ujarnya yang juga hadir sebagai pembicara.

Sehingga mengunjungi sebuah taman bumi itu seperti melihat ada melodi bumi atau sound of earth, tidak hanya karst, melainkan juga ada keanekaragaman hayati, dan budaya yang unik.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengembangan Geopark sebagai Destinasi Wisata. Pemerintah menargetkan 12 taman bumi hingga 2024.(Ant)

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment