Pengamat Transportasi: Indonesia Alami Krisis Transportasi Umum

21 Januari 2024 19:22
Penulis: Adiantoro, news
Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno menyebutkan saat ini Indonesia sedang mengalami krisis transportasi umum.

Sahabat.com - Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, saat ini Indonesia sedang mengalami krisis transportasi umum.

Menurutnya, dari 38 Ibukota Provinsi di Indonesia, hanya 8 kota yang berupaya membenahi persoalan angkutan umum.

"Kalau dilihat mungkin hanya Jakarta yang berupaya membenahi angkutan umum, sedangkan kota-kota lainnya masih terengah-engah," ujar Djoko saat menjadi narasumber jelang Debat Cawapres Pilpres 2024 di Nusantara TV, Minggu (21/1/2024). 

Dia juga menyoroti kebijakan pemerintah yang memberikan insentif bagi kendaraan listrik sebesar Rp7 juta. Secara tidak langsung hal itu berdampak terhadap menurunnya minat akan penggunaan transportasi umum. 

"Targetnya itu sekitar 200.000 sepeda motor. Tapi, yang laku tidak sampai 5 persen. Artinya pemberian intensif ini ada masalah. Dan itu kalau tidak kami desak maka Rp12,3 triliun itu hanya untuk insentif motor dan mobil listrik, sementara untuk kendaraan umum tidak diberikan," sambungnya. 

Dalam kondisi seperti saat ini, dia menilai, seharusnya pemerintah mendorong penggunaan kendaraan listrik itu untuk membeli bus listrik. Sebab, pemberian insentif kendaraan listrik justru hanya menambah kemacetan, lantaran masyarakat semakin mudah untuk memiliki kendaaraan pribadi.

"Karena dampak dari banyaknya kendaraan bermotor tidak hanya pada polusi udara, tetapi pada kemacetan, dan angka kecelakaan di usia produktif yang cukup tinggi. Itu problem-nya. Sebenarnya ini kesempatan bagi pemerintah untu memperbanyak bus listrik seperti halnya di Jakarta," imbuhnya.

Kedepan, kata Djoko, Pemerintah perlu memperbanyak kendaraan listrik terutama di daerah.

"Saya kira dari Rp12,3 triliun itu bisa diberikan untuk pengadaan bus listrik. Karena kalau kita lihat di Jakarta, Bekasi, Depok, itu angkot-angkot usianya sudah di atas 10 hingga 15 tahun. Banyak yang sudah tidak mau menggunakan, jelas itu polusinya sangat tinggi. Polusi udara diperkotaan tinggi itu disebabkan tranposrtasi sebesar 70 persen," tukas Djoko.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment