Taman Bakau Biak, Mengangkat Ekonomi Warga dan jaga Ekosistem Pantai

16 Februari 2023 04:42
Penulis: Alber Laia, news
Pengunjung menikmati keasrian di Taman Wisata Mangrove di Kampung Ruar Biak. ANTARA/Muhsidin

Sahabat.com - Taman hutan mangrove atau bakau di Kampung Ruar, Distrik Biak Timur, kini menjadi salah satu destinasi wisata alam di Kabupaten Biak Numfor, Papua.

Taman bakau dengan luas sekitar 4 hektare yang dikelola Kantor Kesatuan Pemangku Hutan Lindung (KPHL) Biak-Supiori bersama masyarakat adat lokal itu setiap hari dikunjungi banyak wisatawan.

Keberadaan taman wisata bakau Kampung Ruar, selain menjadi objek wisata daerah, bisa juga memberikan manfaat ekonomi keluarga masyarakat adat lokal Biak selaku pengelola objek wisata alam.

Keberadaan taman bakau bisa menjadi sarana edukasi bagi pelajar, mahasiswa, dan warga mengenai pentingnya keberadaan pepohonan bakau ditanam di pinggir laut.

Hutan bakau bisa menjadi tempat wisata keluarga sekaligus juga sebagai ikhtiar menjaga ekosistem kawasan pesisir.

Menyelamatkan hutan bakau sangat penting untuk menjaga kelestarian lingkungan terutama di sekitar lokasi pantai.

Tanpa adanya hutan bakau akan mudah sekali terjadi abrasi sehingga tanah di sekitar lokasi pantai menjadi terkikis oleh air laut.

Semakin banyak wisatawan yang datang ke objek wisata bakau maka diharapkan semakin banyak pula pohon bakau yang bisa ditanam.

Salah satu contoh, penghijauan di Ruar oleh masyarakat dan pemerintah setempat membuat hutan bakau menjadi tumbuh lebih lebat dan subur.

Keberadaan taman hutan bakau tersebut sudah dijadikan sebagai ekowisata di Kabupaten Biak Numfor. Taman ini bila dikelola dengan baik maka berpotensi dikunjungi wisatawan Nusantara dan mancanegara.

Bupati Biak Numfor Herry Ario Naap mengatakan taman hutan mangrove disiapkan sebagai sarana objek wisata alam untuk membangun Biak secara keseluruhan agar asri dan menarik.

Pemkab Biak Numfor pada tahun 2023 akan mengembangkan kawasan objek wisata taman hutan bakau sebagai tempat menikmati keindahan alam pesisir wilayah Distrik Biak Timur.

"Tahun ini objek wisata taman hutan bakau akan diperluas dan ditata menjadi tujuan wisata yang lebih menarik," sebut Bupati Biak Numfor.

Pulau Biak yang kaya dengan berbagai potensi perikanan dan pariwisata alami telah menjadi tempat favorit bagi wisatawan Nusantara dan turis mancanegara, terutama sebelum terjadinya pandemi COVID-19.

Setelah kondisi daerah ini melewati masa pandemi COVID-29 diharapkan pada tahun ini bersamaan akan diselenggarakan Sail Teluk Cenderawasih pada 1-- 7 November 2023, arus kunjungan wisatawan ke Biak Numfor kembali meningkat.

Pemkab Biak juga akan memperbanyak lokasi wisata alam di kawasan lain, agar kelak dapat menyerap tenaga kerja dari kalangan masyarakat adat Biak maupun meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga.

Selain memiliki taman hutan mangrove di Biak Numfor, ada sejumlah tempat wisata alami yang menjanjikan, seperti taman anggrek dan burung, air terjun Wapsarak, kali biru, pantai dan wisata taman laut Padaido, wisata diving  kapal katalina hingga keindahan pulau di Padaido/Aimando.

Sedangkan wisata alam budaya dimiliki Biak di antaranya negeri dongeng, kuburan tua Padwa Sub, Goa Jepang, Monumen Perang Dunia II Parah.


Dikelola masyarakat adat

Perawatan dan penjagaan taman wisata alam hutan bakau Ruar Distrik Biak Timur melibatkan masyarakat adat sebagai pengelolaannya.

Keterlibatan masyarakat adat untuk mengelola berbagai tempat wisata alam tersebut merupakan bagian dari program pemberdayaan khusus warga lokal asli orang Papua.

Dengan mengelola objek wisata alam tersebut diharapkan masyarakat adat Biak mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ke depan, keberadaan taman ini juga diharapkan bakal meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat.

Pemkab Biak Numfor melalui Dinas Pariwisata terus melakukan pemberdayaan masyarakat lokal supaya bisa memperoleh penghasilan. Tugas yang diberikan kepada mereka yakni dengan cara menjual tiket di pintu masuk ke taman wisata alami di sejumlah kampung dan Kepulauan Padaido/Aimando.

Untuk mengelola objek wisata alam Taman Mangrove Biak terdapat tiga aspek penting yang menjadi dasar dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata berupa atraksi, amenitas, dan aksesibilitas atau 3A.

Aspek 3A merupakan syarat minimal bagi pengembangan sebuah destinasi wisata di daerah tertentu. Ketiganya harus melekat.

Setiap destinasi wisata sudah pasti mempunyai keunikan dan ciri khasnya masing-masing yang membuat banyak orang tertarik mengunjungi lokasi wisata tersebut.

Di lain sisi, faktor amenitas dan aksesibilitas akan menjadi kunci bagi keberlangsungan wisatawan dalam menikmati pengalaman berwisata.

Faktor 3A ini memiliki peran penting dalam membangun pengalaman berwisata yang nyaman serta menyenangkan wisatawan di Taman Wisata Mangrove Ruar.

"Semakin banyak kunjungan wisatawan maka akan berdampak pada peningkatan pendapatan ekonomi keluarga warga lokal," ujar Kepala Dinas Pariwisata Biak Numfor Onny Dangeubun.

Taman hutan bakau Ruar harus selalu dijaga kebersihannya sehingga para pengunjung nyaman ketika berada di area objek wisata itu. Kebersihan lokasi wisata merupakan syarat yang tidak bisa ditawar.

Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kabupaten Biak Numfor Boy Ronsumbre berkomitmen membantu mempromosikan objek wisata alam unggulan daerah kepada wisatawan mancanegara.

Keikutsertaan para pemandu wisata membantu promosi wisata alam di Kabupaten Biak Numfor diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Biak sebagai pintu masuk ke Tanah Papua.

Pada saat pandemi COVID-19 melanda Indonesia pada tahun 2020-2022, sektor pariwisata sangat terdampak sehingga jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan Nusantara ke Biak, menurun.

Pada tahun 2023, HPI Biak Numfor bakal membantu menyebarluaskan informasi potensi pariwisata Tanah Papua ke berbagai daerah dan mancanegara.

Jarak tempuh lokasi wisata taman mangrove dengan pusat kota hanya sekitar hanya 3 kilometer dan ditempuh 20 menit dari Biak kota

Untuk menikmati kawasan wisata itu, tiket masuknya cukup terjangkau. Pengunjung hanya ditarik Rp10.000 per orang, sedangkan biaya parkir Rp7.000 per mobil dan Rp5.000 per sepeda motor.

Pengembangan taman bakau ini bukan saja memberi tetesan kesejahteraan kepada masyarakat adat, lebih dari ekosistem kawasan pesisir juga terjaga.(Ant)

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment