Tanggapi Ridwan Kamil Soal Aliran Miliaran Rupiah ke Pesantren Al-Zyatun, Kemenag: Itu Dana BOS, Hak Semua Siswa!

23 Juni 2023 03:32
Penulis: Adiantoro, news
Pesantren Al-Zaytun, di Indramayu, Jawa Barat. (Istimewa)

Sahabat.com - Kementerian Agama (Kemenag) membantah pernyataan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil yang mengatakan, ada dana bantuan yang setiap tahun disalurkan ke pesantren Al-Zaytun. 

Juru Bicara Kemenag Anna Hasbie menegaskan, informasi itu tidak benar. Menurutnya, dana yang diberikan Kemenag ke Al-Zaytun merupakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang menjadi hak para siswa di pondok pesantren tersebut.

"Kami tidak pernah memberikan dana bantuan ke Al-Zaytun," ujar Anna, sapaan akrabnya, di Makkah, Arab Saudi, dalam keterangannya, dikutip dari laman resmi Kemenag, Jumat (23/6/2023).

Lebih lanjut, dia mengungkapkan, lembaga Al Zaytun mengelola madrasah mulai dari jenjang ibtidaiyah (MI), tsanawiyah (MTs), hingga Aliyah (MA). Jumlahnya cukup banyak. Data di EMIS Kementerian Agama mencatat, ada 1.289 siswa MI, 1.979 siswa MTs, dan 1.746 siswa MA yang belajar di sana.

"Sesuai regulasi, para siswa ini berhak mendapat BOS. Ini berlaku untuk seluruh siswa yang belajar di madrasah dan memenuhi persyaratan. Sehingga, menjadi kewajiban kami, pemerintah, memenuhi hak-hak belajar mereka melalui BOS," sebutnya.

"Kami mengimbau, bagi para pejabat publik kalau bicara harus berbasis data. Kalau dana BOS itu hak siswa, semua sama. Siswa di negeri ini semua menerima dana BOS. Jadi jangan kemudian Pak Ridwan Kamil mengatakan Kemenag memberikan bantuan miliaran ke Zaytun padahal itu dana BOS. Udah salah kaprah itu," tambah Anna.

Dana BOS adalah program yang diusung Pemerintah untuk membantu sekolah di Indonesia agar dapat memberikan pembelajaran dengan lebih optimal. Bantuan yang diberikan berbentuk dana yang dapat dipergunakan untuk keperluan sekolah.

Misalnya, pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah hingga membeli alat multimedia untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Secara umum, kata Anna, ada dua persyaratan yang harus dipenuhi madrasah agar bisa menerima BOS. Pertama, madrasah tersebut harus mempunyai izin operasional minimal 1 tahun. 

"MI, MTs, dan MA yang ada di Al Zaytun sudah memenuhi persyaratan ini," jelasnya.

Persyaratan kedua, madrasah dan siswanya tercatat di sistem pendataan yang dikembangkan Kementerian Agama, yakni Emis, dan melakukan update data dalam sistem tersebut.

Syarat ini juga dipenuhi oleh MI, MTs, da MA yang ada di Al-Zaytun. Khusus tahun ini, ditambah satu persyaratan, madrasah tidak dalam kondisi sedang berkonflik internal. "Jadi, sesuai amanat regulasi, karena memenuhi persyaratan, maka para siswa MI, MTs, dan MA di sana berhak mendapatkan dana BOS," ucapnya.

Disebutkan Anna, sebagian dana BOS sudah dicairkan pada tahap pertama. Untuk sisanya, masih dilakukan kajian atas beragam temuan yang saat ini tengah berkembang di Al-Zaytun.

"Tahap kedua belum dicairkan. Kami tentu harus memperhatikan beragam dinamika yang saat ini berkembang sembari menunggu penyelesaian atas persoalan tersebut," urainya.

Sementara itu, terkait izin pesantren Al-Zaytun, Anna mengungkapkan, Kementerian Agama merupakan regulator dalam penyelenggaraan pendidikan keagamaan, termasuk pesantren.

Praktik yang selama ini berkembang, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam diberi kewenangan untuk menerbitkan nomor statistik dan tanda daftar pesantren. Hal itu diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam No 1626 tahun 2023 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Keberadaan Pesantren.

Sedangkan pesantren Al-Zaytun saat ini tercatat memiliki keduanya, baik nomor statistik maupun tanda daftar. Sebagai pihak yang menerbitkan, Ditjen Pendidikan Islam juga memiliki kewenangan untuk membekukan nomor statistik dan tanda daftar pesantren.

"Sebagai regulator, Kemenag memiliki kuasa administratif untuk membatasi ruang gerak lembaga yang di dalamnya diduga melakukan pelanggaran hukum berat," tukas Anna.

Dia menambahkan, saat ini, Kementerian Agama berserta instansi terkait dan juga ormas Islam sedang melakukan kajian secara komprehensif terkait Al-Zaytun. Tujuannya, yakni agar dapat dirumuskan sikap atas beragam informasi dan fakta yang ditemukan dan terklarifikasi terkait Al-Zaytun.

"Jika Al-Zaytun melakukan pelanggaran berat, menyebarkan paham keagamaan yang diduga sesat, maka kami bisa membekukan nomor statistik dan tanda daftar pesantren, termasuk izin madrasahnya," pungkas Anna.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment