Sahabat.com - Penyelenggaraan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-23 di UIN Walisongo Semarang pada 1-4 Februari 2024 tak hanya jadi ajang pertemuan akademisi, tapi diperkuat dengan pertemuan para tokoh agama di Asia Tenggara.
"Para tokoh ini akan ikut serta dalam membahas solusi atas serangkaian persoalan kontemporer dari perspektif keagamaan. Ini sejalan dengan COP28 di Dubai pada akhir 2023 yang juga mulai melibatkan tokoh agama dalam pembahasan krisis iklim," ujar Direktur Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Ahmad Zainul Hamdi di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan AICIS tahun ini mengusung tema "Redefining The Roles of Religion in Addressing Human Crisis: Encountering Peace, Justice, and Human Rights Issues", sebagai respons terhadap krisis kemanusiaan global yang erjadi di beberapa belahan dunia, seperti di Timur Tengah dan Ukraina.
"AICIS bertujuan mendefinisikan kembali peran agama, terutama Islam, dalam menghadapi tantangan kemanusiaan kontemporer di kancah global," katanya.
Tokoh-tokoh agama yang akan hadir dalam perhelatan tersebut yakni Yahya Cholil Staquf (Indonesia), Pimpinan PP Muhammadiyah (Indonesia), Philip Kuntjoro Widjaja (Indonesia), Wisnu Bawa Tenaya (Indonesia), Vanh Keobundit (Laos).
Kemudian Yon Seng Yeath (Kamboja), Bounthavy Phonethasin (Laos), YB Datuk Dr Hasan bin Bahrom (Malaysia), Phra Dr Anilman Dhammasakiyo (Thailand), Pendeta Gomar Gultom (Indonesia), Romo Hery Wibowo (Indonesia), Ws Andi Gunawan (Indonesia), A Elga J Sarapung (Indonesia), dan Bishop Pablo Virgilio Siongco David (Philippines).
"Pertemuan mereka akan menjadi ajang berbagi perspektif dan wawasan berbasis pengalaman mereka dalam merespons isu-isu kemanusiaan dan kedamaian. Hasil pembahasan para pemuka agama dibahas dalam sesi on stage discussion yang menghasilkan Semarang Charter," katanya.
Sementara untuk pertemuan akademisi dan peneliti, kata dia, ada 25 sesi panel yang disiapkan untuk mendiskusikan isu-isu yang menjadi subtema.
Staf Khusus Menteri Agama Wibowo Prasetyo mengatakan tujuh isu atau subtema yang akan dibahas yaitu pertama, Agama, Nasionalisme, dan Kewarganegaraan di Asia Tenggara. Kedua, Dampak Isu dan Ketegangan Keagamaan Internasional terhadap Nasionalisme, Kewarganegaraan, dan Hak Asasi Manusia.
Ketiga, Krisis Kesetaraan, Keadilan, dan Kemanusiaan. Keempat, Ketegangan Agama dan Kemanusiaan Global. Kelima, Isu Gender, Spiritualitas, dan Minoritas. Keenam, Fiqih Siyasah tentang Perang dan Damai: Pasca Kolonial. Ketujuh, Kebijakan berbasis Maslahah Mursalah, Kesetaraan, dan Pemberdayaan.
"Isu besarnya adalah peran agama dalam menguatkan nasionalisme, merespons krisis keadilan dan kesetaraan, masalah gender, serta kemaslahatan umat, termasuk yang berkenaan dengan krisis iklim," kata Wibowo.(Ant)
0 Komentar
KPAI Dapati 1,14 Juta Anak Masih Jadi Pekerja Anak
Kasad Panen Raya Jagung dan Singkong di Lahan Ketahanan Pangan Kostrad Ciemas Sukabumi
Siap Galau Bareng Lyodra hingga Afgan di Pesona Nusantara NTV
Tokoh Adat Ungkap Kedekatan PLN dengan Masyarakat di Sekitar Kawasan Pengembangan PLTP Ulumbu
PLN UIP Nusra Kembangkan Berbagai Sektor Potensial di Sekitar Kawasan Pengembangan PLTP Ulumbu
Polda Metro Jaya Tangkap Kekasih Artis Tamara Tyasmara
Tanggul wulan Jebol, Jalur Pantura-kudus Terputus
Wakapolri Tegaskan Tidak Ada Instruksi Video Testimoni Rektor
AMIN Gelar Kampanye Akbar di JIS, Ini Tiga Lokasi Parkir Kendaraan
Leave a comment