Sahabat.com - Sejumlah petani di Kabupaten Lebak, Banten, kini beralih mengembangkan budi daya tanaman sayuran karena lahan garapan pertanian pangan kekeringan akibat kemarau yang terjadi saat ini.
"Kami mengembangkan tanaman ketimun, karena tidak membutuhkan persediaan air banyak. Kami hanya membasahi tanaman pagi dan sore, sehingga tanaman tumbuh subur hingga panen," kata Samin (55) seorang petani di Blok Kanaga Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak, Selasa.
Menurut dia, pengembangan pertanian sayuran ketimun itu menguntungkan, karena waktu awal panen hanya 40 hari setelah tanam. Selanjutnya, panen ketimun itu bisa berlangsung selama dua pekan ke depan.
Ia mengatakan, penanaman sayuran ketimun tidak terdampak kemarau juga permintaan pasar cenderung meningkat.
Selain itu juga harga di pasaran relatif baik, bahkan di tingkat petani menembus Rp6.000/kilogram.
"Kami menanam ketimun itu jika musim kemarau, karena sawah di sini masuk kategori tadah hujan," kata Samin.
Menurut dia, pihaknya menanam sayuran ketimun itu berdasarkan pengalaman tahun lalu dari luas lahan dua petak sawah atau 1.000 meter persegi dan mampu memproduksi dua ton.
Dari produksi sebanyak dua ton itu dijual Rp6.000/kilogram, sehingga diakumulasikan dapat menghasilkan uang Rp12 juta.
"Kita bisa meraup keuntungan sekitar Rp7 juta bersih setelah dipotong biaya produksi," ujar Samin.
Begitu juga petani lainnya di Desa Bojongleles Kabupaten Lebak Samsudin (60) mengatakan pihaknya kini mengembangkan tanaman sayuran dengan memanfaatkan lahan persawahan yang tidak ditanami padi akibat kekeringan.
Tanaman sayuran yang dibudidayakan itu jenis paria, kacang panjang dan ketimun.
"Kami dan petani lainnya di sini mengembangkan sayuran karena kemarau itu paria," katanya.
Menurut dia, pihaknya menanam sayuran tiga petak sawah dengan produktivitas tiga ton dengan harga di tingkat petani rata-rata Rp6.000/kilogram. Produksi tanaman sayuran jika panen sebanyak tiga ton maka pendapatan petani sebesar Rp18 juta.
"Kami setiap musim kemarau menanam tanaman sayuran dan jika musim hujan ditanami padi," ujarnya menjelaskan.
Begitu juga petani Cipanas Kabupaten Lebak Suhari (55) mengatakan sebagian besar petani pada musim kemarau tidak menanam padi karena mengalami kekeringan. Bahkan, saat ini areal persawahan terjadi kekeringan hingga terlihat petak-petak sawah tanahnya terbelah.
"Petani di sini lebih memilih tanam ketimun dan kacang panjang karena sudah ditampung oleh tengkulak. Kami sekali musim panen bisa mendapatkan sekitar Rp15 juta dari tiga petak itu," kata Suhari.
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengimbau petani agar mengembangkan pertanian sayur-sayuran sehubungan musim kemarau yang diprediksikan El Nino puncaknya Agustus- September 2023.
Pertanian tanaman sayuran cukup menjanjikan pendapatan ekonomi petani karena permintaan pasar cukup tinggi.
"Kita minta petani bisa mengganti pola tanam dari dua kali padi sawah dan satu kali tanaman sayuran dalam setahun. Sebab, pergantian tanaman itu dapat meningkatkan produksi pangan dan ekonomi petani menjadi lebih baik," katanya menjelaskan.(Ant)
0 Komentar
KPAI Dapati 1,14 Juta Anak Masih Jadi Pekerja Anak
Kasad Panen Raya Jagung dan Singkong di Lahan Ketahanan Pangan Kostrad Ciemas Sukabumi
Siap Galau Bareng Lyodra hingga Afgan di Pesona Nusantara NTV
Tokoh Adat Ungkap Kedekatan PLN dengan Masyarakat di Sekitar Kawasan Pengembangan PLTP Ulumbu
PLN UIP Nusra Kembangkan Berbagai Sektor Potensial di Sekitar Kawasan Pengembangan PLTP Ulumbu
Polda Metro Jaya Tangkap Kekasih Artis Tamara Tyasmara
Tanggul wulan Jebol, Jalur Pantura-kudus Terputus
Wakapolri Tegaskan Tidak Ada Instruksi Video Testimoni Rektor
AMIN Gelar Kampanye Akbar di JIS, Ini Tiga Lokasi Parkir Kendaraan
Leave a comment