Pulau Belitung dalam Sejarah Jalur Rempah Dunia

20 Februari 2023 07:17
Penulis: Alber Laia, news
Kegiatan festival jelajah pesona jalur rempah (JPJR) di Belitung Timur pada 2022, Senin (20/2) (ANTARA/HO-Diskominfo)

Sahabat.com - Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Sekitar 11 persen jenis tumbuhan dunia ada di hutan tropis nusantara. Jumlahnya lebih dari 30.000 spesies yang sebagian di antaranya dipergunakan dan dikenal sebagai rempah.

Jauh sebelum bangsa Eropa datang, para nenek moyang di negeri ini sudah lebih dulu menjalin hubungan antarpulau, suku, bangsa dengan membawa rempah untuk membangun persahabatan dan membentuk asimilasi serta diplomasi di setiap persinggahan.

Rute yang ditempuh itu kemudian disebut dengan jalur rempah yang akhirnya menghubungkan nusantara dan dunia.

Sejak 2017, Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah merintis untuk mengusulkan jalur rempah sebagai warisan dunia ke UNESCO. Hal tersebut didasari pada pemahaman bahwa jalur rempah adalah jalur pertukaran antarbudaya dan pengetahuan yang melampaui konteks ruang dan waktu.

Jalur rempah menjadi bukti sejarah bahwa diplomasi di Indonesia telah berlangsung lama dengan mengedepankan keramahtamahan, kehangatan dan interaksi dialogis dalam setiap lapisan masyarakat.

Salah satu daerah di Indonesia yang menjadi titik jalur rempah adalah Pulau Belitung di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Luas Pulau Belitung mencapai 4.800 kilometer persegi atau 480.010 hektare. Di sisi utara dibatasi laut China Selatan, sebelah timur berbatasan dengan Selat Karimata, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Gaspar.

Pulau Belitung terbagi menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Belitung dengan ibu kota di Kecamatan Tanjungpandan dan Kabupaten Belitung Timur dengan ibu kota di Kecamatan Manggar.

Pulau Belitung satu di antara titik nusantara bagian barat yang dilalui dan disinggahi banyak kapal. Dengan demikian, daerah ini menjadi bagian dari jalur rempah dunia yang berkontribusi terhadap perkembangan beragam pengetahuan dan kebudayaan yang bukan saja menjadi warisan bagi Indonesia, tetapi dunia.

Titik jalur rempah di Pulau Belitung, menempatkan pulau yang mayoritas berpenduduk Melayu ini menjadi bagian wilayah di Indonesia sebagai tempat bertemunya manusia dari berbagai belahan dunia yang saling berkomunikasi dan bertukar ide, gagasan, konsep, ilmu pengetahuan, agama, bahasa estetika, hingga adat dan kebudayaan.

Pulau Belitung dikenal memiliki jaringan perairan berupa selat, dermaga-dermaga kecil dan sungai-sungai yang menjangkau hingga ke bagian dalam pulau. Warga dan pendatang menggunakan transportasi air berupa kapal atau perahu kater untuk mobilisasi. Perahu kater merupakan perahu tradisional khas Belitung yang biasa digunakan nelayan setempat untuk menangkap ikan. 

Dua kerajaan yang pernah ada di Pulau Belitung pada masa lampau yaitu Kerajaan Buding yang terletak di bagian utara dan Kerajaan Balok di bagian selatan. Kerajaan ini memiliki peran penting dalam pembangunan berbagai sarana transportasi air yang akhirnya menjadi pintu perniagaan di Pulau Belitung.

Jejak sejarah dua kerajaan bahari ini mulai ditemukan pada 2018, dimana para arkeolog menemukan beberapa situs bekas bangunan Kerajaan Balok yang merupakan peninggalan dari abad ke 15 hingga abad ke 17.

Meskipun untuk melihat bentuk utuh kerajaan masa silam ini masih perlu rekonstruksi ulang dan penelitian, namun situs itu menjadi bukti jaringan perairan yang menjadi sumber kehidupan utama di Pulau Belitung.

Pesona jalur rempah

Untuk mengenang sejarah bahwa Pulau Belitung pernah masuk dalam pusaran jalur pelayaran rempah dunia, Pemerintah Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, setiap tahun menggelar festival jelajah pesona jalur rempah (JPJR).

Bupati Belitung Timur, Burhanuddin mengatakan bahwa festival JPJR sudah dimasukkan dalam agenda wisata tahunan yang rutin digelar sejak 2019. Festival JPJR merupakan salah satu dari 100 events Calendar of Event Wonderful Indonesia 2022.

JPJR merupakan penggerak ekonomi masyarakat, sosial budaya, dan pariwisata. Festival tersebut diharapkan menjadi penarik wisatawan dari berbagai daerah untuk mengunjungi Belitung Timur.

Selain itu, JPJR juga dapat dijadikan momentum bagi UMKM untuk mempromosikan produk unggulan dan kesempatan bagi para seniman untuk mengekspresikan karya. Festival JPJR diharapkan dapat membangkitkan iklim usaha dalam menciptakan industri kreatif berbasis rempah sekaligus menjadi sektor ekonomi potensial masyarakat.

“Berbagai kegiatan kita gelar dalam ajang JPJR itu, termasuk memberikan ruang secara luas bagi pelaku UMKM untuk menjual produk unggulan mereka,” katanya.

Pemkab Belitung Timur juga sempat mengenalkan sejarah jalur pelayaran rempah kepada delegasi negara dunia yang hadir dalam kegiatan Presidensi G20 pada 7-9 September 2022.

Festival JPJR merupakan salah satu upaya untuk mengenalkan Belitung Timur sebagai jalur pelayaran rempah dunia sekaligus menyambut delegasi negara dunia.

Belitung Timur merupakan daerah yang memiliki kekayaan rempah yang berlimpah. JPJR adalah bentuk perhatian besar dalam melestarikan sejarah lokal yang berkaitan dengan sejarah nasional dan dunia. 

Belitung Timur sebagai wilayah pusaran jalur rempah menjadi salah satu alur penting sejarah rempah dunia dan hingga saat ini masyarakat Belitung Timur masih mempertahankan komuditas Lada atau lebih dikenal dengan Sahang sebagai salah satu rempah yang mudah didapatkan.
Kegiatan JPJR, menurut Burhanuddin, dapat memajukan kebudayaan dan pariwisata Belitung Timur dan mampu menarik wisatawan nasional maupun mancanegara untuk memulihkan ekonomi masyarakat yang sempat tepuruk dihantam pandemi COVID-19.


Wilayah rekonstruksi 

Pulau Belitung menjadi wilayah rekonstruksi jalur rempah di Indonesia. Kabupaten Belitung Timur mengemas warisan budaya bahari itu menjadi daya tarik tersendiri dan mampu "menghipnotis " pengunjung dari belahan dunia untuk bernostalgia serta mengajak mereka berimajinasi dalam pikiran masa lampau.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Belitung Timur, Evi Nardi, menyebutkan terdapat berbagai peninggalan jalur rempah yang mencakup tradisi, kerajinan, kuliner dan beberapa situs peninggalan bersejarah.

Beberapa kuliner tradisional yang kaya akan rempah-rempah masih tersaji dan menjadi menu masakan sehari-hari warga setempat. Terdapat juga minuman tradisional "Aik Secang" yang merupakan hasil rebusan rempah yang menjadi konsumsi rutin warga setempat.

Warga juga membuat hasil kerajinan seperti kain batik khas daerah dengan motif daun sempur serta rempah-rempah, dan di pulau ini juga terdapat beberapa kelenteng atau vihara yang merupakan bukti pluralisme budaya yang ada di titik jalur rempah masa lalu.

Tiga vihara sebagai bukti daerah itu menjunjung tinggi keberagamanan dan pluralisme yaitu Kelenteng Hok Tek Che, Vihara Burung Mandi dan Kelenteng Dewi Kwan Im.

Tiga kelenteng itu telah ditetapkan sebagai cagar budaya dan para penduduk juga menghasilkan berbagai karya seni yang terkait rempah dan jalur rempah. Tema-tema jalur rempah, sejarah dan cerita rakyat dijadikan inspirasi dalam menghasilkan berbagai karya busana, tata rias serta tarian-tarian tradisional.

Kabupaten Belitung Timur merupakan daerah yang sangat kaya dengan peninggalan jalur rempah yang dijadikan sebuah khasanah budaya yang tak lekang oleh waktu.

Berbagai tradisi yang ada kata dia harus tetap dijaga agar tidak punah, termasuk sejumlah situs yang ada harus selalu dijaga keberadaannya sebagai bukti dan jejak sejarah Belitung Timur sebagai salah satu titik jalur rempah.

"Semuanya kita kemas dan kita tata dengan baik menjadi sebuah daya tarik, di antaranya JPJR kami jadikan agenda wisata tahunan yang berdampak terhadap kunjungan wisatawan dunia, juga berdampak terhadap sektor lainnya yang mampu mendongkrak perekonomian masyarakat," kata Evi.

Titik jalur rempah di Belitung Timur juga berdampak terhadap pertumbuhan di sektor UMKM, terdapat beberapa pelaku UMKM yang menjadikan rempah sebagai daya tarik wisatawan.

"Makan Bedulang" menjadi salah satu manifestasi warisan budaya rempah yang dijadikan sebagai daya tarik wisata di Pulau Belitung dan Aek Secang menjadi salah satu rempah sebagai mimunan khas daerah.

Inovasi rempah yang diproduksi para pelaku UMKM memberikan nilai tambah edukasi dan ekonomi, juga menunjang penguatan jalur rempah nusantara sebagai warisan dunia.

Pemkab Belitung Timur berhasil menghidupkan kembali memori tentang jalur rempah Nusantara. Namun demikian, dibalik semua itu tertumpang harapan bahwa sejarah jalur rempah bukan hanya sekadar mengingatkan romantisme masa lalu dan kekuatan negeri masa silam, melainkan sebuah gerakan nyata yang bertujuan untuk membangkitkan semangat berkreasi bangsa Indonesia di era perdagangan global.

Kesadaran tentang Nusantara yang sejak lama telah menjadi pusat perdagangan dunia diharapkan dapat menggugah kebangkitan bangsa Indonesia tidak hanya di bidang ekonomi, melainkan juga budaya, sosial, politik dan bahasa.

Jalur rempah bukan sekadar warisan yang tercatat dalam noktah sejarah dan dikenang sebagai kejayaan bangsa, melainkan juga sebuah cara untuk membangkitkan masa depan Indonesia ke arah yang lebih baik. Bersatu, bersama, bergerak laju, untuk Indonesia yang lebih maju.(Ant)

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment