Sahabat.com - Wadah sosial kemasyarakatan Ruang Wong Alit atau Rawit memberikan dukungan terhadap program pemerintah dalam menuntaskan stunting atau zero stunting khususnya di Kota Surabaya, Jawa Timur.
"Kemarin (8/3), kami bertemu dengan perwakilan dari Pertamina dan PHC Surabaya serta Pak Januar Rizal (Camat Pabean Cantikan) untuk membicarakan kegiatan berkaitan dengan zero stunting," kata Ketua Rawit, Kartuji di Surabaya, Kamis.
Usai pertemuan, lanjut dia, pihaknya berkunjung ke sebuah tempat yang tidak jauh dari kantor Kecamatan Pabean Cantikan. Rupanya di tempat itu ada salah satu ibu yang memiliki anak usia kurang lebih 2 tahun yang tergolong bayi stunting.
Diketahui bayi stunting adalah bayi yang mengalami tumbuh kembang yang tidak sempurna seperti anak normal pada umumnya dikarenakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Hal ini terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Pada kesempatan ini, Camat Pabean Cantikan membawakan kebutuhan pokok bayi antara lain berupa beras, popok pembalut, susu formula, roti dan lainnya.
Saat ngobrol dengan ibu dari anak tersebut, diketahui ternyata walaupun ber-KTP di Kecamatan Pabean Cantikan namun ibu dan anak tersebut tinggal di tempat lain di luar Kecamatan Pabean Cantikan.
"Pada saat kembali ke tempat orang tuanya tinggal di Pabean ini lah baru diketahui kalau anak dari ibu tersebut tergolong bayi stunting," kata dia.
Mendapati hal itu, Camat menghimbau ke ibu tersebut agar untuk tidak pindah ke tempat lain, dengan tujuannya untuk mempermudah pemantauan dan penanganan terhadap perkembangan dari anak tersebut.
Kartuji berharap dengan adanya pergerakan dan kepedulian seperti yang telah lakukan oleh Camat Pabean Cantikan, Surabaya betul-betul terbebas dari stunting di tahun 2023, seperti yang telah dicanangkan oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sebelumnya menyatakan, pihaknya meminta camat dan lurah se-Kota Surabaya, untuk bergotong royong menurunkan prevalensi kasus bayi stunting pada tahun 2023.
"Ini yang namanya membangun Surabaya dengan hati dan gotong royong. Membangun itu tidak sedikit-sedikit pakai APBD, bisa lewat Baznas atau yang lain. Tapi, data ini harus tetap kami pegang semuanya," kata Eri Cahyadi.
Selama tiga tahun terakhir, prevalensi stunting di Kota Surabaya mengalami penurunan signifikan, yakni pada tahun 2020 terdapat 12.788 kasus stunting, turun menjadi 6.722 di tahun 2021. Selanjutnya, hingga akhir Desember 2022, kembali turun menjadi 923 kasus. Bahkan, pada Januari 2023, jumlah kasus stunting di Surabaya turun menjadi 889.
Untuk mengejar target nol stunting pada tahun 2023, Eri meminta camat dan lurah agar melibatkan pemangku kepentingan dan masyarakat sekitar.(Ant)
0 Komentar
KPAI Dapati 1,14 Juta Anak Masih Jadi Pekerja Anak
Kasad Panen Raya Jagung dan Singkong di Lahan Ketahanan Pangan Kostrad Ciemas Sukabumi
Siap Galau Bareng Lyodra hingga Afgan di Pesona Nusantara NTV
Tokoh Adat Ungkap Kedekatan PLN dengan Masyarakat di Sekitar Kawasan Pengembangan PLTP Ulumbu
PLN UIP Nusra Kembangkan Berbagai Sektor Potensial di Sekitar Kawasan Pengembangan PLTP Ulumbu
Polda Metro Jaya Tangkap Kekasih Artis Tamara Tyasmara
Tanggul wulan Jebol, Jalur Pantura-kudus Terputus
Wakapolri Tegaskan Tidak Ada Instruksi Video Testimoni Rektor
AMIN Gelar Kampanye Akbar di JIS, Ini Tiga Lokasi Parkir Kendaraan
Rekayasa Lawan Arus Mulai Diberlakukan di Tol Jakarta-Cikampek
Leave a comment