Sektor Ini Paling cepat Pulih Pasca Pandemi Covid-19

24 Februari 2023 07:33
Penulis: Adiantoro, news
Chief Ekonomist PT Bank Mandiri, Tbk, Andy Asmoro, S.E., M.A. (Kanan)

Sahabat.com - Akibat pandemi Covid-19, dunia menghadapi krisis kesehatan global dan sosial ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk Indonesia. Namun dengan makin membaiknya situasi pandemi Covid-19 memicu akselerasi pemulihan ekonomi di Tanah Air.

Chief Ekonomist PT Bank Mandiri, Tbk, Andy Asmoro, S.E., M.A., mengatakan perekonomian akan melalui proses pemulihan secara gradual dari 2020 sampai dengan 2021 dan 2022.

"Sektor yang cepat pulih dalam waktu 6 bulan terutama adalah sektor-sektor yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari. Selain itu, beberapa sektor pertambangan juga pulih lebih cepat karena harga-harga komoditas yang membaik, seperti nikel dan CPO (Crude Palm Oil),” ujar Andy Asmoro dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan tema ‘Resesi Global dan Kepastian Hukum Bagi Para Pelaku Usaha di Indonesia’, pada kegiatan ‘The First National Conference of Indonesian Young Lawyers 2023’, di Hotel Pullman, Kota Bandung, Jawa Barat (Jabar), pada Jumat, 24 Februari 2023.

Selanjutnya, kata dia, sektor yang akan cepat pulih dalam waktu 6-12 bulan yakni sektor transportasi darat dan air, dan durable goods (misalnya tekstil dan elektronik). "Saat ini pemulihan sudah berada di tahap ini," lanjutnya.

Sementara itu, untuk sektor yang memerlukan waktu lebih dari 12 bulan adalah hotel, transportasi udara, konstruksi non infrastruktur dan non-metalic quarrying (yaitu semen). Di sisi lain, Andy Asmoro, menyoroti risiko terukur pertumbuhan ekonomi global yang melandai pada 2023, dengan kemungkinan resesi di beberapa negara.

"Kenaikan suku bungan acuan yang agresif di 2023. Kemudian tahun politik 2023 dan 2024, kebijakan yang pro-growth dengan subsidi yang dipertahankan dan belanja bansos yang sama. Lalu, harga komoditas yang melandai dan membatasi penerimaan pemerintah," terangnya.

Sementara untuk risiko yang sulit diukur (black swan), yakni faktor geopolitik, berlanjutnya perang Rusia-Ukraina. Selain itu, ekonomi China turun lebih dalam versus China Re-opening. "Kembalinya pandemi seperti 2020, dan adanya faktor yang dapat mengubah skenario kenaikan suku bunga acuan dunia yang lebih agresif," tukas Andy Asmoro.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment