Akibat Stres, Panik dan Terpaksa Mengungsi, Ratusan Wanita Gaza Dilaporkan Alami Keguguran

19 Januari 2024 15:26
Penulis: Adiantoro, news
Warga Palestina berusaha memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka di pasar dalam kondisi sulit seiring berlanjutnya serangan Israel di Kota Rafah, Gaza pada 8 Januari 2024. (Abed Rahim Khatib/Anadolu Agency)

Sahabat.com - Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina wilayah Gaza, Ashraf Al-Qudra, pada Kamis (18/1/2024) mengatakan, terdapat ratusan kasus keguguran dan kelahiran bayi prematur karena dampak stres, panik dan dipaksa mengungsi di bawah kebrutalan bombardir Israel.

"Kurangnya layanan kesehatan di tempat-tempat pengungsian dan sulitnya jalan menuju rumah sakit telah membuat sekitar 60.000 ibu hamil mengalami komplikasi kehamilan," ujar Al-Qudra kepada wartawan di depan Rumah Sakit Bersalin Tal Al-Sultan di Rafah, di Gaza selatan, dilansir dari Middle East Monitor, Jumat (19/1/2024). 

Dia menyebutkan, dalam 24 jam terakhir, militer Israel melakukan 15 pembantaian terhadap keluarga-keluarga di Jalur Gaza, membunuh 172 orang dan melukai 326 orang lainnya.

Al-Qudra meyakini, masih banyak korban yang terperangkap di bawah reruntuhan bangunan dan korban yang tergeletak di jalan-jalan karena ambulan serta kru pertahanan sipil belum bisa menjangkau mereka.

Agresi Israel ke Gaza sudah memasuki hari ke-104 dan berdasarkan sejumlah sumber angka korban tewas dalam perang ini mencapai 24.620 orang. Sementara korban luka-luka mencapai 61.830 orang. 

Al-Qudra menyoroti saat ini Kementerian Kesehatan wilayah Gaza mencatat ada lebih dari 8 ribu kasus infeksi hepatitis A sebagai dampak kelebihan kapasitasitas dan rendahnya level kebersihan di tempat-tempat pengungsian. 

Pihaknya memperkirakan angka infeksi bisa naik dua kali lipat di penjuru Jalur Gaza yang terkepung. Al-Qudra menyerukan pada dunia agar membangun mekanisme baru yang efektif yang menjamin arus bantuan medis yang selaras dengan kebutuhan. 

Secara khusus, al-Qudra menyerukan pada Mesir dan negara-negara Arab lainnya agar menemukan sejumlah mekanisme baru guna memastikan lebih dari 6.500 korban luka-luka mendapat penanganan prioritas dan mendapat perawatan di rumah sakit.  

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment