Aksi Kekerasan Meningkat, Presiden Ekuador Nyatakan Perang Terhadap Geng Narkoba

11 Januari 2024 09:40
Penulis: Adiantoro, news
Presiden Ekuador Daniel Noboa pada Rabu (10/1/2024) menyatakan, negaranya sedang berperang dengan geng narkoba. (Anadolu Agency)

Sahabat.com - Presiden Ekuador Daniel Noboa pada Rabu (10/1/2024) menyatakan, negaranya sedang berperang dengan geng narkoba.

Mereka menyandera lebih dari 130 sipir penjara dan staf lainnya. Insiden ini terjadi di tengah aksi kekerasan yang meningkat secara dramatis, di mana orang-orang bersenjata sempat mengambil alih siaran langsung TV dan terjadi ledakan di beberapa kota.

"Kami sedang berperang dan kami tidak bisa menyerah dalam menghadapi kelompok teroris ini," kata Noboa kepada stasiun radio Canela Radio pada Rabu (10/1/2024), seperti dilansir dari Reuters.

Dia memperkirakan sekitar 20.000 anggota geng kriminal aktif di Ekuador. Pada Selasa (9/1/2024), Noboa menyebut 22 geng narkoba sebagai organisasi teroris, dan menjadikan mereka target sah militer.

Presiden yang menjabat sejak November 2023 ini berjanji mengatasi masalah keamanan yang semakin meningkat akibat peningkatan geng penyelundup narkoba pengangkut kokain melalui Ekuador.  

Penyanderaan, yang dimulai pada Senin (8/1/2024) dini hari, dan kaburnya pemimpin geng Los Choneros Adolfo Macias dari penjara pada akhir pekan, mendorong Noboa untuk mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari.

Dia memperketat keputusan tersebut pada Selasa (9/1/2024) setelah serangkaian ledakan di seluruh negeri dan pengambilalihan stasiun televisi TC saat siaran langsung oleh orang-orang bersenjata mengenakan balaclava.

Pemerintah mengatakan gelombang kekerasan terbaru ini merupakan reaksi terhadap rencana Noboa membangun penjara baru dengan keamanan tinggi bagi para pemimpin geng. Noboa mengatakan desain dua fasilitas baru akan diumumkan segera.

"Kami melakukan segala upaya untuk memulihkan semua sandera," jelasnya.

Dia menambahkan, angkatan bersenjata telah mengambil alih upaya penyelamatan. "Kami melakukan segala yang mungkin, dan yang tidak mungkin, untuk membuat mereka aman dan sehat," imbuhnya.

Badan penjara SNAI mengatakan ada 125 penjaga yang disandera, sementara 14 lainnya adalah staf administrasi. Setidaknya 11 orang telah dibebaskan pada Selasa (9/1/2024).

Video yang beredar di media sosial menunjukkan staf penjara menjadi sasaran kekerasan ekstrem, termasuk ditembak dan digantung. Namun video-video tersebut belum dapat diverifikasi keasliannya.

Deportasi Tahanan

Noboa mengatakan negaranya akan mulai mendeportasi tahanan asing, terutama warga Kolombia pada pekan ini guna mengurangi populasi dan pengeluaran penjara.

Dia mengungkapkan, ada sekitar 1.500 warga Kolombia yang dipenjara di Ekuador, dan tahanan dari Kolombia, Peru dan Venezuela merupakan 90 persen dari orang asing yang dipenjara.

"Kami berinvestasi lebih banyak pada 1.500 orang tersebut dibandingkan pada sarapan pagi di sekolah untuk anak-anak kami. Ini bukan ekstradisi, ini berdasarkan perjanjian internasional sebelumnya," cetus Noboa.

Di sisi lain, Menteri Kehakiman Kolombia Nestor Osuna menegaskan, hukuman bagi warga Ekuador hanya akan diakui di Kolombia jika para tahanan tiba melalui repatriasi formal, yang disetujui oleh pihak berwenang Kolombia.

Jika tahanan Kolombia diusir begitu saja, mereka hanya akan dipenjara jika masih ada tuntutan yang menunggu di negaranya.

"Jika ada pengusiran, kami akan melihat berapa banyak orang, jika mereka tiba di perbatasan, yang benar-benar perlu ditahan oleh pihak berwenang Kolombia," kata Osuna, mengungkapkan "solidaritas tulusnya" kepada rakyat Ekuador.

Sementara Kolombia pada Rabu (10/1/2024) mengatakan, pihaknya akan meningkatkan kehadiran dan kontrol militer di sepanjang hampir 600 kilometer perbatasannya dengan Ekuador.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment