China Bantah Pernyataan Menkeu AS Soal Tuduhan 'Jebakan Utang'

31 Maret 2023 07:36
Penulis: Adiantoro, news
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen bersaksi di hadapan Senat Alokasi Layanan Keuangan dan Subkomite Pemerintah Umum tentang permintaan anggaran yang diusulkan Presiden Joe Biden untuk Departemen Keuangan untuk tahun fiskal 2024, di Capitol Hill di Washington, AS, pada 22 Maret 2023. (Evelyn Hockstein/Reuters)

Sahabat.com - China pada Kamis (30/3/2023) menyebut pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu) Amerika Serikat (AS) Janet Yellen sebagai tidak bertanggung jawab dan tidak masuk akal setelah dia mengatakan kegiatan pinjaman Beijing membuat negara-negara berkembang terperangkap dalam utang.

Yellen pada Rabu (29/3/2023) mengatakan dirinya prihatin dengan negara-negara berkembang yang menerima pinjaman dari China. Dia mengatakan kepada anggota parlemen AS dalam sidang, diman Washington sedang bekerja keras untuk melawan pengaruh China di lembaga-lembaga internasional dan dalam memberikan pinjaman kepada negara-negara berkembang.

China telah meminjamkan ratusan miliar dolar untuk membangun infrastruktur di negara-negara berkembang, tetapi pinjaman telah berkurang sejak 2016 karena banyak proyek gagal membayar dividen keuangan yang diharapkan.

"Saya sangat, sangat prihatin dengan beberapa aktivitas yang dilakukan China secara global, melibatkan negara-negara dengan cara yang membuat mereka terjebak dalam utang dan tidak mendorong pembangunan ekonomi," kata Yellen, dilansir dari Reuters, Jumat (31/3/2023).

Sementara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam jumpa pers pada Kamis (30/3/2023) mengungkapkan jika negaranya tidak menerima tuduhan yang tidak masuk akal dari Negara Paman Sam itu.

"Amerika Serikat harus mengambil tindakan praktis untuk membantu negara-negara berkembang, daripada menuding negara lain dan membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab," tambah Mao.

China mengatakan selalu mengikuti aturan internasional dan melakukan kerja sama investasi dan pembiayaan dengan negara berkembang dengan keterbukaan dan transparansi.

China menghabiskan US$240 miliar untuk menyelamatkan 22 negara berkembang antara tahun 2008 dan 2021, dengan jumlah yang melonjak dalam beberapa tahun terakhir karena lebih banyak yang berjuang untuk membayar kembali pinjaman yang dihabiskan untuk membangun infrastruktur "Belt and Road", sebuah studi yang baru-baru ini diterbitkan menunjukkan.

China sedang menegosiasikan restrukturisasi utang dengan negara-negara termasuk Zambia, Ghana dan Sri Lanka dan telah dikritik karena menunda proses tersebut. Sebagai tanggapan, mereka telah meminta Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) untuk juga menawarkan keringanan utang.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment