Iran Bantah Tudingan Sengaja Perkaya Kemurnian Uranium hingga 84 Persen

20 Februari 2023 08:46
Penulis: Adiantoro, news
Ilustrasi. Bendara Iran. (Reuters)

Sahabat.com - Iran membantah tudingan sengaja memperkaya tingkat kemurnian uranium hingga mencapai 84 persen.

Mengutip Al Jazeera, Senin (20/2/2023), Badan Energi Atom Internasional (IAEA) disebut telah menemukan uranium di Iran yang kemurniannya diperkaya hingga melewati batas.

IAEA mengungkapkan pihaknya sedang berupaya menentukan apakah pengayaan uranium di Iran tersebut dilakukan dengan sengaja atau tidak. Ini adalah uranium kemurnian tertinggi yang pernah ditemukan di Iran, yang secara bertahap meningkatkan pengayaannya sejak 2019, satu tahun setelah penarikan sepihak Amerika Serikat (AS) dari kesepakatan nuklirnya (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA).

Sementara pejabat Iran bersikukuh jika negaranya tidak berupaya membuat senjata nuklir. Dimana untuk membuat sebuah senjata nuklir, diperlukan uranium dengan tingkat kemurnian di angka 90 persen.

"IAEA mengetahui laporan media baru-baru ini terkait dengan tingkat pengayaan uranium di Iran," tulis badan tersebut di Twitter pada Senin (20/2/2023) pagi waktu setempat. 

"Direktur Jenderal @rafaelmgrossi sedang mendiskusikan dengan Iran hasil kegiatan verifikasi Badan baru-baru ini dan akan menginformasikan kepada Dewan Gubernur IAEA sebagaimana mestinya," lanjutnya.

Juru Bicara Organisasi Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi mengungkapkan, partikel dengan kemurnian lebih dari 60 persen telah ditemukan oleh para inspektur, tetapi itu telah terjadi sebelumnya dan tidak ada yang luar biasa.

"Adanya partikel uranium atau partikel dengan kemurnian di atas 60 persen dalam proses pengayaan tidak berarti telah terjadi pengayaan di atas 60 persen," ujarnya.

"Ini adalah sesuatu yang sangat alami yang bahkan bisa terjadi akibat penurunan feed cascade centrifuge secara sesaat. Yang penting adalah produk akhir, dan Republik Islam Iran sejauh ini belum mencoba memperkaya lebih dari 60 persen," imbuh Kamalvandi. 

Menurutnya, masalah seperti ini bukanlah sesuatu yang bahkan akan dilaporkan oleh agensi tersebut ke negara anggotanya. Dengan hal tersebut dibocorkan ke media Barat, ungkap dia, menunjukkan upaya untuk menodai dan membelokkan fakta.

Dia juga mengulangi tuduhan Iran jika badan itu digunakan sebagai 'alat politik' untuk menekan Iran dengan laporan rahasia yang sebelumnya bocor ke media di negara-negara Barat.

Iran dan IAEA terakhir bentrok awal bulan ini, setelah sebuah laporan badan rahasia yang bocor mengatakan interkoneksi antara dua aliran sentrifugal IR-6 canggih di situs bawah tanah yang sensitif di Fordow telah diubah tanpa pemberitahuan.

Iran, yang  mulai memperkaya uranium hingga 60 persen di Fordow pada November tahun lalu sebagai reaksi terhadap resolusi kecaman yang disahkan di Dewan IAEA, menolak laporan itu sebagai sesuatu yang 'salah'.

Pihak-pihak Barat dalam kesepakatan nuklir, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), telah berulang kali meminta Iran untuk bekerja sama sepenuhnya dengan badan tersebut dan memulihkan akses pemantauan lengkapnya.

Diketahui, belum ada kemajuan signifikan dalam upaya memulihkan kesepakatan nuklir sejak September, ketika pihak Barat menuduh Iran menggagalkan pembicaraan.

Sejak itu, Barat telah memberlakukan beberapa sanksi terhadap pejabat dan entitas Iran karena diduga menjual drone ke Rusia untuk perang di Ukraina, dan menindak demo antipemerintah.

Teheran telah mempertahankan keinginannya untuk mencapai kesepakatan dan menuduh Barat kurang memiliki kemauan politik. Rusia dan China diketahui juga merupakan bagian dari JCPOA.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment