Sahabat.com-Kim Jong-un mulai merasa terancam keselamatannya setelah ledakan bom mengguncang Pyongyang. Pasalnya serangan bom tersebut digambarkan sebagai upaya pembunuhan terhadap Pemimpin Korea Utara itu.
Guna memastikan keselamatannya, Kim Jong-un dikabarkan telah mengimpor peralatan pendeteksi bahan peledak baru, dan menambahkan penjaga yang membawa tas ke tim keamanannya.
“Pasti ada pengetatan tindakan keamanan di sekitar Kim Jong-un. Ini dikenal sebagai tas balistik atau tas balistik. Mereka terbuat dari serat karbon. Selain antipeluru, mereka juga melindungi terhadap taser dan persenjataan berbasis elektronik lainnya,” kata pakar terkemuka elite Korea Utara Michael Madden.
“Jika pengamat mengirimkan pesan kepada penjaga mengenai aktivitas yang mencurigakan atau jika ada tembakan, mereka dapat mengangkat tas untuk melindungi Kim Jong-un. Tas-tas ini juga terbuka – ada velcro atau pengait yang bisa dilepas, yang memutar tas-tas tersebut. menjadi semacam pelindung kain. Jadi jika seseorang menembak Kim, mereka akan membuka tas-tas ini, mengelilinginya dan kemudian menutupinya sampai dia bisa dimasukkan ke dalam mobil," imbuhnya.
Madden mencatat bahwa Kim Jong-il, ayah dan pendahulu pemimpin Korea Utara itu, juga telah melengkapi pengawalnya dengan tas balistik. Namun dalam kasusnya, tas-tas itu memiliki tujuan ganda – membawa peralatan medis, termasuk defibrillator portabel, untuk diktator yang sedang sakit.
“Ini menimbulkan pertanyaan: apakah tas ini berisi tindakan serupa untuk Kim Jong-un? Terutama ketika kami mempertimbangkan pengawal terdekatnya yang membawa mereka kemana-mana,” kata Madden.
Para pengawal Kim Jong-un terpantau membawa koper tersebut pada dua kunjungan yakni kunjungan ke badan antariksa Korea Utara, dan upacara pemotongan pita di Pyongyang.
Madden, yang merupakan peneliti dari Stimson Center di Washington DC, juga mencatat semakin tidak teraturnya penampilan publik tokoh-tokoh senior rezim. Pemerintah Korea Selatan mengatakan keterlibatan publik Kim sepanjang tahun ini telah berkurang setengahnya.
“Pada 2017 atau 2019 kita akan melihat pejabat senior memimpin atau menghadiri acara-acara tertentu yang bukan hari libur atau bukan hari jadi. Sejak 2020 keadaan menjadi sangat tidak merata – tentu saja dengan mengesampingkan pembatasan sosial. Terkadang kita melihat tuan-tuan ini, terkadang tidak,” ujar Madden.
Sementara itu, badan mata-mata Korea Selatan tidak dapat mengonfirmasi laporan mengenai ledakan yang terjadi di Pyongyang.
Tidak jelas berapa banyak orang yang terluka dalam ledakan tersebut, namun sebuah artikel di surat kabar The Dong-a Ilbo menyebutkan bahwa ada korban jiwa. Surat kabar tersebut berspekulasi bahwa serangan bom mungkin dimotivasi oleh kemarahan terhadap memburuknya krisis pangan di negara tersebut dan ancaman kelaparan, mengutip okezonecom.
Madden mengatakan itu mungkin juga merupakan upaya untuk mencuri makanan daripada membalas dendam.
"Di Korea Utara, itu tidak bisa dilakukan, terutama dengan truk atau van yang membawa makanan. Jadi, mereka meledakkan bahan peledak, menggulingkan truk, dan mengambil perbekalan," pungkasnya.
0 Komentar
Komitmen Cikarang Listrindo Terhadap Keberlanjutan Aspek Lingkungan
Krisis Kemanusiaan Menghantam 3 Juta Anak di Republik Afrika Tengah
300 Ribu Anak Mengungsi, Dampak Kekerasan Geng Haiti
Malaysia Dukung Indonesia Ajukan Jalur Rempah Jadi Warisan Dunia UNESCO
Ditjen Imigrasi Tetapkan Wilayah Koordinasi bagi Petugas Imigrasi di Perwakilan RI
Meninggal Dunia, Pria Tergemuk di Inggris Dievakuasi 6 Unit Damkar
Diserang Ransomware, 18 Rumah Sakit di Rumania Lumpuh
Leave a comment