Korsel Sebut Jepang Mitra atasi Tantangan Keamanan dan Ekonomi

01 Maret 2023 06:31
Penulis: Alber Laia, news
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol. James Lee/Xinhua (James Lee/Xinhua)

Sahabat.com - Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol pada Rabu menyebut Jepang mitra dalam mengatasi tantangan keamanan dan ekonomi. Pernyataan itu dia sampaikan justru ketika negaranya memperingati gerakan kemerdekaan Korea Selatan dalam menentang pemerintahan kolonial Jepang pada 1919.

Yoon menyampaikan pidato pertamanya untuk memperingati Gerakan Kemerdekaan pada 1 Maret di Balai Peringatan Yu Gwan-sun yang dinamai dari seorang pahlawan nasional yang gugur di penjara dalam usia 17 tahun karena turut aktif dalam gerakan kemerdekaan melawan penjajahan Jepang pada 1910-1945.

"Sekarang, satu abad setelah Gerakan Kemerdekaan 1 Maret, Jepang telah berubah dari semula agresor yang militeristik menjadi mitra yang menganut nilai universal yang sama dengan kami," kata Yoon.

"Hari ini, Seoul dan Tokyo bekerja sama dalam isu keamanan dan ekonomi. Kita juga bekerja sama dalam mengatasi tantangan-tantangan global."

Pidato Yoon disampaikan setelah kedua negara merundingkan solusi untuk kompensasi bagi warga Korea yang menjadi korban kerja paksa Jepang selama Perang Dunia II.

Isu tersebut sejak lama mengganggu hubungan bilateral kedua negara. Yoon berupaya menyelesaikan perselisihan tersebut, termasuk dengan beberapa kali bertemu Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.

Dalam pidatonya, Yoon menegaskan pentingnya kerja sama trilateral antara Korea Selatan, Amerika Serikat  dan Jepang.

Di bawah pemerintahan Yoon, ketiga negara melanjutkan berbagai aktivitas trilateral dalam upaya bersama mengatasi ancaman program senjata nuklir Korea Utara.

"Kerja sama trilateral antara Republik Korea, AS dan Jepang menjadi lebih penting dari sebelumnya guna mengatasi krisis keamanan, termasuk ancaman nuklir Korea Utara yang terus meningkat dan berbagai krisis global," kata dia.

Yoon juga memperingatkan bangsanya untuk tidak mengulangi kesalahan masa lampau, dengan mengatakan hilangnya kedaulatan di tangan Jepang adalah akibat kegagalan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia yang terus berubah.

"Kita harus menyatukan kearifan kita untuk mencari cara mengatasi krisis yang kita hadapi: rangkaian krisis global, ancaman nuklir Korea Utara, dan situasi keamanan yang buruk, serta masyarakat yang semakin terfragmentasi dan terpolarisasi," kata dia.

"Jika kita gagal membaca kecenderungan sejarah dunia yang terus berubah dan tidak mempersiapkan masa depan dengan baik, maka kemalangan di masa lalu sudah pasti terulang," tambahnya.

Yoon menyeru masyarakat agar mengingat sejarah bangsa, dengan mengatakan "entah sejarah itu mulia atau memalukan," tetaplah harus diingat "demi melindungi masa depan kita dan mempersiapkan masa yang akan datang."

Dia secara khusus menyeru masyarakat agar mengingat para patriot bangsa yang telah berkorban demi kebebasan dan kemerdekaan negara itu. Jika tidak mengingat hal itu, maka Korea Selatan tidak akan memiliki masalah depan, sambung dia.

Yoon juga menyerukan solidaritas dengan negara-negara yang memiliki nilai-nilai universal yang sama untuk turut mempromosikan kebebasan warga dunia dan kesejahteraan bersama seluruh umat manusia.

"Kemakmuran yang kita nikmati hari ini adalah hasil upaya tiada henti kita dalam mempertahankan dan memperluas kebebasan kita, serta keyakinan abadi kita terhadap nilai-nilai universal," katanya.

"Kita tidak boleh berhenti melakukan upaya seperti itu."(Ant)

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment