Sahabat.com-Pengaruh Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu semakin melemah akibat kebijakan perangnya di Gaza, Palestina. Mayoritas warga Israel tak ingin Netanyahu kembali menjadi PM.
Hanya 15% warga Israel yang masih menginginkan dia mempertahankan jabatannya setelah perang yang berkecamuk di Gaza. Demikian hasil jajak pendapat terbaru terkait kepercayaan warga Israel terhadap Netanyahu.
Namun di sisi lain, sebagian besar warga Israel terus mendukung aksi militer terhadap Hamas. Warga Israel menginginkan pemulangan 130 atau lebih sandera yang tersisa, dibandingkan dengan tujuan yang mungkin mustahil untuk menghancurkan Hamas.
Netanyahu sendiri melalui komentar terbarunya mengenai masa depan negara Palestina menegaskan penolakan terhadap upaya Arab untuk menengahi konflik tersebut.
Diketahui, Arab Saudi telah memberikan hadiah berupa normalisasi hubungan dengan Israel sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata yang mencakup solusi dua negara.
Baca juga: Netanyahu Tuduh Afsel Munafik karena Gugat dugaan Genosida di Gaza
Netanyahu tampaknya mempertaruhkan kelangsungan politiknya pada posisi garis keras anti-Palestina.
Sementara itu, Amerika Serkat (AS) telah berulang kali mencoba mempengaruhi strategi militer Israel selama perang melawan Hamas. AS juga mendesak agar serangan lebih tepat sasaran di Gaza dibandingkan dengan serangan udara secara sporadis. Menunda atau mengabaikan invasi darat; dan terlibat dalam pembicaraan yang bermakna mengenai solusi dua negara di mana Israel akan bertetangga dengan negara Palestina di masa depan, dengan peran Otoritas Palestina.
Akan tetapi seruan tersebut kerap ditolak oleh Netanyahu selama pertemuan yang menegangkan dengan para pejabat AS. Sehingga memperdalam rasa frustrasi di beberapa kalangan Amerika atas dukungan tanpa syarat Presiden Biden untuk Israel.
Para sekutu Israel juga berharap rencana dua negara dihidupkan kembali sebagai satu-satunya cara untuk menciptakan perdamaian abadi.
Namun komentar Netanyahu nampaknya menunjukkan bahwa ia menginginkan hal yang sebaliknya. Ditegaskan sekarang yang ada hanya jargon “Tuan Tidak Ada Palestina yang Merdeka”. Sebuah posisi yang dia yakini akan selaras dengan suasana hati masyarakat Israel. Padahal warga Israel semakin tidak mencintai perdana menterinya. Meski pada saat yang sama mereka masih terlalu trauma untuk membayangkan sebuah negara Palestina di negara tetangganya.
0 Komentar
Komitmen Cikarang Listrindo Terhadap Keberlanjutan Aspek Lingkungan
Krisis Kemanusiaan Menghantam 3 Juta Anak di Republik Afrika Tengah
300 Ribu Anak Mengungsi, Dampak Kekerasan Geng Haiti
Malaysia Dukung Indonesia Ajukan Jalur Rempah Jadi Warisan Dunia UNESCO
Ditjen Imigrasi Tetapkan Wilayah Koordinasi bagi Petugas Imigrasi di Perwakilan RI
Meninggal Dunia, Pria Tergemuk di Inggris Dievakuasi 6 Unit Damkar
Diserang Ransomware, 18 Rumah Sakit di Rumania Lumpuh
Leave a comment