Perempuan Afghanistan Terkendala Internet Buruk Saat Belajar Daring

27 Maret 2023 07:11
Penulis: Adiantoro, news
Sana, seorang guru Afghanistan, mengajar selama kelas daring, di rumahnya di Kabul, Afghanistan, 28 Februari 2023. (Reuters)

Sahabat.com - Perempuan bernama Sofia masuk ke kelas kursus bahasa Inggris yang berlangsung secara daring di ibu kota Afghanistan, Kabul.

Kelas ini dijalankan oleh salah satu lembaga pendidikan yang berupaya menjangkau anak perempuan dan perempuan Afghanistan secara digital di rumah mereka. Namun, ketika guru memanggil Sofia untuk membaca sebuah bagian, layar komputernya tak bergerak.

"Bisakah kamu mendengarku?" cetus Sofia bertanya berulang kali, seraya memeriksa koneksinya.

Setelah beberapa saat, komputer Sofia bisa hidup kembali. Kondisi jaringan internet yang buruk membuat para siswa perempuan yang belajar secara daring menjadi frustasi.

Melansir Reuters, Senin (27/3/2023), Sofia yang berusia 22 tahun merupakan salah satu dari banyak perempuan Afghanistan yang belajar secara daring, sebagai upaya terakhir untuk mengatasi pembatasan Taliban.

Sejak Taliban kembali mengambil alih Afghanistan pada Agustus 2021, mereka memberlakukan larangan bagi perempuan untuk mengakses pendidikan dan pekerjaan. Salah satu perubahan paling mencolok sejak Taliban pertama kali berkuasa dari 1996 hingga 2001, yakni meledaknya Internet.

Hampir tidak ada yang memiliki akses ke Internet ketika Taliban dipaksa turun dari kekuasaan pada pekan-pekan belakangan setelah serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat (AS).

Setelah hampir dua dekade intervensi dan keterlibatan yang dipimpin Barat dengan dunia, sekitar 18 persen populasi Afghanistan memiliki akses Internet, menurut Bank Dunia.

Pemerintahan Taliban telah mengizinkan anak perempuan untuk belajar secara individu di rumah. Namun, anak perempuan dan perempuan Afghanistan menghadapi sejumlah masalah mulai dari pemadaman listrik, hingga kecepatan internet yang sangat lambat, apalagi biaya komputer dan wifi di negara di mana 97 persen penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan.

"Untuk anak perempuan di Afghanistan, kami memiliki masalah internet yang sangat buruk," jelas Sofia.

Sekolah daring Sofia, yakni Akademi Rumi, mengalami jumlah pendaftaran siswa yang meningkat dari sekitar 50 siswa menjadi lebih dari 500 setelah Taliban kembali berkuasa pada 2021.

Sebagian besar siswa di Akademi Rumi adalah perempuan. Seorang perwakilan Akademi Rumi mengatakan, masih ada ratusan formulir pendaftaran yang masuk tapi belum diterima karena akademi kekurangan dana untuk guru dan membayar peralatan, serta paket internet.

Sementara itu, seorang siswa perempuan lainnya, Sakina Nazari mencoba kelas bahasa secara virtual di rumahnya di barat Kabul selama sepekan. Dia terpaksa meninggalkan universitas pada Desember karena larangan Taliban.

Tapi Nazari tidak melanjutkan kelas daringnya karena masalah internet yang buruk membuatnya frustasi. "Saya tidak bisa melanjutkan. Terlalu sulit untuk mengakses Internet di Afghanistan dan kadang-kadang kami memiliki setengah jam listrik dalam 24 jam," cetus Nazari.

Di sisi lain, Ookla yang berbasis di Seattle, dan menyusun kecepatan internet global, menempatkan internet seluler Afghanistan sebagai yang paling lambat dari 137 negara.

Sedangkan jaringan internet Afghanistan sebagai yang paling lambat kedua dari 108 negara. Sejumlah warga Afghanistan telah mengajukan permintaan kepada Kepala Eksekutif SpaceX Elon Musk untuk memperkenalkan layanan internet satelitnya Starlink ke Afghanistan.

Hal itu seperti yang telah dilakukan di Ukraina dan Iran, beberapa warga Afghanistan mengajukan permintaan bantuan di Twitter. "Kami juga meminta Elon Musk untuk membantu kami. Jika mereka dapat (memperkenalkan Starlink) itu di Afghanistan, itu akan sangat, sangat berdampak bagi perempuan," kata Sofia.

Disebutkannya, perempuan Afghanistan telah terbiasa dengan masalah selama bertahun-tahun perang dan mereka akan bertahan dalam situasi apa pun yang terjadi. "Kami masih memiliki mimpi dan kami tidak akan pernah menyerah," tukas Sofia.
 

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment