Sahabat.com-Ribuan anak di Lahore-Pakistan menderita gangguan pernapasan parah dan harus menjalani perawatan medis akibat polusi udara parah yang melanda kota tersebut.
Kondisi ini membuat para orang tua terganggu dan panik.
“Kami merasa terganggu dan tegang,” kata Mohamad Qadeer, orang tua dari Rameen yang menjadi korban dari paparan polusi. Rameen yang berusia tiga tahun harus melakukan nebulisasi untuk meringankan saluran pernapasannya yang tersumbat.
Rameen dan adik perempuannya yang berusia satu tahun, Inaaya, termasuk di antara ribuan anak yang menderita masalah kesehatan terkait polusi. Pejabat kesehatan memperkirakan setidaknya ada peningkatan 50 persen pada pasien anak-anak karena masalah pernafasan yang diperburuk oleh kualitas udara yang buruk dalam sebulan terakhir.
Apa yang kini terjadi di Lahore sangat miris. Pasalnya Lahore, yang secara historis dikenal sebagai kota taman, kini dipenuhi kabut asap beracun yang menjadikannya sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada tahun lalu. Menurut kelompok Swiss IQAir, 24 dari 30 hari terakhir mempunyai kualitas udara yang 'berbahaya' atau 'sangat tidak sehat'
“Kondisi ini menjadi jauh lebih buruk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan berdampak pada kesehatan anak-anak,” kata Dr Maria Iftikhar, petugas pendaftaran senior di departemen pediatrik Rumah Sakit Sir Ganga Ram.
Lahore yang dianggap sebagai ibu kota budaya Pakistan, telah diselimuti kabut tebal yang sebagian menghalangi sinar matahari dan menyelimuti jalan-jalan dengan kabut di malam hari. Masalahnya menjadi lebih parah pada bulan-bulan yang lebih dingin, karena pembalikan suhu mencegah naiknya lapisan udara hangat dan memerangkap polutan lebih dekat ke tanah.
Baca juga: DKI Perbanyak Bus Listrik Untuk Tekan Polusi Udara
Badan Anak-Anak PBB mengatakan polusi udara luar ruangan secara global berkontribusi terhadap 154.000 kematian anak-anak berusia di bawah lima tahun pada 2019. Di Pakistan, polusi udara adalah salah satu dari lima penyebab kematian teratas di antara seluruh penduduk dan anak-anak merupakan kelompok yang paling terkena dampaknya bersama dengan orang lanjut usia.
“Anak-anak secara fisiologis lebih rentan terhadap polusi udara dibandingkan orang dewasa karena otak, paru-paru, dan organ lainnya masih berkembang,” kata UNICEF, mengutip republikacoid.
UNICEF menambahkan, anak-anak bernapas dua kali lebih cepat dibandingkan orang dewasa, sehingga meningkatkan paparan polusi udara.
Menteri Kesehatan provinsi Dr Javed Akram menyatakan, rumah sakit dalam keadaan siaga tinggi dengan menyediakan tempat tidur dan ventilator untuk kasus-kasus darurat tambahan.
Empat penguncian parsial telah dilakukan sejak awal November serta kampanye untuk mempromosikan penggunaan masker. Pembakaran tanaman, yang dilakukan oleh para petani untuk membuang sisa-sisa tanaman padi untuk dijadikan lahan gandum, merupakan penyebab utama masalah ini, serta rendahnya kualitas bahan bakar untuk kendaraan dan kegiatan konstruksi dan industri. Tanpa investasi yang sangat mahal dalam peralatan khusus bagi petani, pembakaran tidak dapat sepenuhnya diatasi tanpa membahayakan ketahanan pangan.
Pemerintah provinsi sedang meneliti penyemaian awan untuk menghasilkan hujan buatan guna membersihkan langit. Mereka juga telah menghubungi pihak berwenang di India melalui saluran diplomatik tentang cara meningkatkan kualitas udara yang bertiup melintasi perbatasan dan berkonsultasi dengan para ahli di Cina.
0 Komentar
Komitmen Cikarang Listrindo Terhadap Keberlanjutan Aspek Lingkungan
Krisis Kemanusiaan Menghantam 3 Juta Anak di Republik Afrika Tengah
300 Ribu Anak Mengungsi, Dampak Kekerasan Geng Haiti
Malaysia Dukung Indonesia Ajukan Jalur Rempah Jadi Warisan Dunia UNESCO
Ditjen Imigrasi Tetapkan Wilayah Koordinasi bagi Petugas Imigrasi di Perwakilan RI
Meninggal Dunia, Pria Tergemuk di Inggris Dievakuasi 6 Unit Damkar
Diserang Ransomware, 18 Rumah Sakit di Rumania Lumpuh
Leave a comment