Sahabat.com - Mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev pada Kamis (23/3/2023) menegaskan, setiap upaya untuk menangkap Presiden Vladimir Putin akan menjadi deklarasi perang melawan Rusia.
Melansir Reuters, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda, baru-baru ini mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin pada pekan lalu.
ICC menuding Putin melakukan kejahatan perang secara ilegal dengan mendeportasi ratusan anak-anak dari Ukraina. ICC menyebutkan ada alasan yang masuk akal untuk percaya jika Putin memikul tanggung jawab pidana individu.
Medvedev mengatakan kepada media Rusia jika ICC, merupakan nonentitas hukum yang tidak pernah melakukan langkah signifikan.
"Setiap upaya untuk menahan Putin, maka akan menjadi deklarasi perang. Mari kita bayangkan, jelas situasi ini yang tidak akan pernah terwujud, namun mari kita bayangkan bahwa hal itu terwujud, kepala negara nuklir saat ini pergi ke suatu wilayah, katakanlah Jerman, dan ditangkap," kata Medvedev.
Kremlin mengatakan surat perintah penangkapan ICC adalah keputusan yang sangat partisan, tetapi tidak berarti sehubungan dengan Rusia. Pejabat Rusia menyangkal kejahatan perang di Ukraina dan mengatakan Barat telah mengabaikan apa yang dikatakannya sebagai kejahatan perang Ukraina.
Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari telah memicu konflik Eropa paling mematikan sejak Perang Dunia Kedua dan konfrontasi terbesar antara Moskow dan Barat sejak Krisis Rudal Kuba 1962. Hubungan dengan Barat, kata Medvedev, mungkin berada pada titik terburuk yang pernah ada.
Diketahui, Medvedev menjabat sebagai Presiden Rusia dari 2008 hingga 2012. Dia menempatkan dirinya sebagai seorang reformis pro-Barat. Namun, sejak invasi Moskow ke Ukraina, Medvedev telah berubah menjadi salah satu pejabat Rusia yang paling vokal di depan umum.
Dia menghina para pemimpin Barat dan menyampaikan serangkaian peringatan nuklir. "Pengiriman senjata asing ke Ukraina setiap hari semakin mendekatkan kiamat nuklir," kata Medvedev.
Dia menyebutkan setelah jatuhnya Uni Soviet pada 1991, Barat menganggap dirinya sebagai bos Rusia. Tetapi Putin telah mengakhiri dominasi Barat tersebut. "Mereka sangat tersinggung," kata Medvedev, seraya menambahkan jika Barat tidak menyukai kemerdekaan Rusia dan China.
Medvedev mengatakan, Barat sekarang ingin memecah belah Rusia menjadi sejumlah negara yang lebih lemah dan mencuri sumber daya alamnya yang besar.
Sebelumnya Putin menyebut konflik di Ukraina sebagai perjuangan eksistensial untuk membela Rusia dan melawan arogansi Barat yang ingin memecah belah Rusia. "Ukraina adalah bagian dari Rusia," ucap Medvedev.
Dijelaskannya, hampir semua wilayah Ukraina modern pernah menjadi bagian dari kekaisaran Rusia. Rusia mengakui kedaulatan dan perbatasan Ukraina pasca-1991 dalam Memorandum Budapest 1994. Medvedev mengatakan, hubungan dengan Barat suatu hari akan membaik, kendati akan memakan waktu lama.
"Saya percaya cepat atau lambat situasi akan stabil dan komunikasi akan dilanjutkan, tetapi saya sangat berharap bahwa pada saat itu sebagian besar dari orang-orang itu (pemimpin Barat) akan pensiun dan beberapa akan mati," tukas Medvedev.
0 Komentar
Komitmen Cikarang Listrindo Terhadap Keberlanjutan Aspek Lingkungan
Krisis Kemanusiaan Menghantam 3 Juta Anak di Republik Afrika Tengah
300 Ribu Anak Mengungsi, Dampak Kekerasan Geng Haiti
Ditjen Imigrasi Tetapkan Wilayah Koordinasi bagi Petugas Imigrasi di Perwakilan RI
Meninggal Dunia, Pria Tergemuk di Inggris Dievakuasi 6 Unit Damkar
Diserang Ransomware, 18 Rumah Sakit di Rumania Lumpuh
Leave a comment