Seif al-Adel, Pemimpian Baru Al-Qaeda yang Kepalanya Dihargai Rp152 Miliar

16 Februari 2023 02:09
Penulis: Adiantoro, news
Mantan perwira pasukan khusus Mesir, Seif al-Adel, menjadi pemimpin baru kelompok militan Al-Qaeda. (Istimewa/FBI)

Sahabat.com - Mantan perwira pasukan khusus Mesir, Seif al-Adel, menjadi pemimpin baru kelompok militan Al-Qaeda.

Hal itu diketahui berdasarkan laporan terbaru yang dikeluarkan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Dalam laporan itu disebutkan kepala Adel dihargai US$10 juta atau sekitar Rp152 miliar.

Dikutip dari Reuters, Kamis (16/2/2023), Al-Qaeda belum secara resmi menunjuk pengganti Ayman al-Zawahiri, yang diyakini tewas dalam serangan rudal AS di Kabul tahun lalu.

Kematian Zawahiri memberikan pukulan bagi organisasi tersebut sejak pendirinya Osama bin Laden terbunuh pada 2011.

"Dalam diskusi pada November dan Desember, banyak negara anggota berpandangan Seif al-Adel sudah beroperasi sebagai pemimpin kelompok secara de facto dan tidak terbantahkan," demikian bunyi laporan PBB yang menilai risiko dari kelompok militan tersebut.

Para ahli menilai Adel berbeda dengan Zawahiri yang kerap muncul dalam vidoe dengan pidato berapi-api. Sementara Adel cenderung merencanakan serangan dari balik layar ketika dia membantu mengubah Al-Qaeda menjadi kelompok militan paling mematikan di dunia.

Adel pernah menjadi kepala pengawal Osama bin Laden dan seorang pelatih senior militan, para ahli gerakan jihadi mengatakan Adel memulai karir panjangnya yang berdarah pada 1981.

Ketika itu dia dicurigai terlibat dalam pembunuhan Presiden Mesir Anwar al-Sadat oleh tentara Islam selama parade militer di Kairo yang disiarkan di televisi.

"Latar belakang militer profesional Seif al-Adel dan pengalaman berharga sebagai kepala komite militer Al-Qeada sebelum 9/11 berarti dia memiliki kepercayaan yang kuat untuk mengambil alih kepemimpinan Al-Qaeda secara keseluruhan," ujar Elisabeth Kendall, pakar jihad di Universitas Oxford.

Dia mengambil alih Al-Qaeda yang telah menjadi sangat terdesentralisasi sejak kelompok itu melakukan operasi paling spektakulernya, 11 September 2001, serangan pesawat terhadap Amerika Serikat (AS) yang menewaskan hampir 3.000 orang.

Dia didakwa dan dituntut pada November 1998 oleh dewan juri federal AS atas perannya dalam serangan bom di Kedutaan AS di Tanzania dan Kenya yang menewaskan 224 warga sipul serta melukai lebih dari 5.000 orang.

Para ahli menyebutkan Adel merupakan salah satu dari sedikit penjaga lama Al-Qaeda yang tersisa, dan dekat dengan komando pusat selama beberapa dekade. Dia akan ditugaskan untuk memberikan panduan strategis jaringan kelompok yang tersebar luas di Timur Tengah, Afrika, dan Asia yang menjalankan urusan sehari-hari mereka sendiri, tambah mereka.

Beberapa orang mempertanyakan apakah Adel dapat menjadi manajer organisasi yang efektif setelah menghabiskan sebagian besar karirnya sebagai operator dan pelatih di kamp-kamp militan.

"Banyak orang dalam berpendapat jika dia memiliki peran operasional yang penting di masa lalu, tetapi dia tidak diperlengkapi untuk kepemimpinan," kata Jerome Drevon, analis senior Jihad dan Konflik Modern di International Crisis Group.

"Keahliannya lebih cocok untuk organisasi operasi bersenjata daripada administrasi jaringan afiliasi yang luas," lanjutnya.

Salah satu pemimpin militer terkemuka Al-Qaeda dan sering disebut oleh para ahli sebagai pejabat tingkat ketiganya, Adel mendirikan kamp pelatihan untuk organisasi tersebut di Sudan, Pakistan, dan Afghanistan pada 1990-an.

Dia juga berperan dalam penyergapan helikopter AS di Mogadishu, yang dikenal sebagai insiden 'Black Hawk Down' pada 1993 yang menewaskan 18 prajurit AS, kata pakar keamanan. Itu menandai awal dari penarikan pasukan penjaga perdamaian AS-PBB dari Somalia.

Adel mendapat lebih banyak kredensial jihad setelah dia bergabung dengan militan Arab lainnya melawan pasukan pendudukan Soviet di Afghanistan, di mana dia akhirnya memimpin sebuah kamp pelatihan sebelum menjadi tokoh senior di Al-Qaeda.

"Dia (Adel) adalah sosok yang sangat berani, profesional, berdarah dingin," kata Yoram Schweitzer, Kepala Program Terorisme dan Konflik Intensitas Rendah di Institut Studi Keamanan Nasional Universitas Tel Aviv.

FBI mengidentifikasi Adel sebagai salah satu teroris yang paling dicari dan menuduhnya bersekongkol untuk membunuh warga negara AS serta menghancurkan bangunan.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan Adel berbasis di Iran. Program hadiah untuk keadilan departemen itu menawarkan hingga US$10 juta terkait informasi mengenai Adel, yang katanya adalah anggota 'dewan kepemimpinan Al-Qaeda' dan mengepalai komite militer organisasi tersebut.

Situs web program tersebut mengatakan setelah pemboman Afrika, mantan Letnan Kolonel tentara Mesir itu pindah ke Iran tenggara, tempat dia tinggal di bawah perlindungan Korps Pengawal Revolusi Islam negara itu.

Dia dan para pemimpin Al-Qaeda lainnya ditempatkan di bawah tahanan rumah pada April 2003 oleh Iran, yang membebaskannya dan empat orang lainnya sebagai ganti seorang diplomat Iran yang diculik di Yaman. 

Namun dalam sebuah pesan yang diposting di Twitter pada Rabu (15/2/2023), misi Iran untuk PBB membantah Adel berada di Iran. "Perlu dicatat jika alamat yang disebut pemimpin Al-Qaeda yang baru diangkat itu salah. Informasi yang salah ini berpotensi menghambat upaya untuk memerangi terorisme," tukasnya.


 

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment